Selasa, 07 April 2015

MATA KULIAH KONSELING ANAK USIA DINI EDISI 8 APRIL 2015

MATA KULIAH KONSELING ANAK USIA DINI
EDISI: 8 APRIL 2015 

TEMA: Kegiatan Sandiwara Boneka dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak

I.                   PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
       Bahasa merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh manusia terutama bagi anak, karena bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi antara satu orang dengan yang lain. Perkembangan bahasa memiliki beberapa aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek tersebut, yang paling sering kita gunakan setelah mendengarkan adalah kemampuan berbicara atau biasa juga kita kenal dengan istilah bahasa ekspresif.
       Bahasa ekspresif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya (Moeslichatoen, 2004:35). Maka dari itu, orang tua harus mampu menstimulus kemampuan anak dalam mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka inginkan tanpa ada paksaan dari orang lain. Salah satu cara orang tua menstimulus kemampuan bahasa ekspresif anak adalah dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik anak.
       Taman Kanak-Kanak adalah tempat yang sangat sesuai dengan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun untuk merangsang berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak. Menurut Hurlock (1987) bahwa anak usia 4 sampai 6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminology disebut sebagai anak usia pra sekolah, dimana pertumbuhan kecerdasannya pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% sampai 80%.
Kemampuan anak pada usia Taman Kanak-Kanak biasanya sudah mampu mengembangkan keterampilannya mengekspresikan ide, perasaan dan pemikirannya, disamping itu juga anak mampu memikat orang lain, anak juga dapat mengekspresikan setiap apa yang mereka pahami dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, bernyanyi dan mendengarkan cerita dan juga bercerita sesuai dengan apa yang dialaminya. Oleh karena itu kata-kata serta tata bahasa dapat diajarkan pada anak sejalan dengan pencapaian ketrampilan mereka untuk mengungkapkan buah pikiran serta gagasan yang ada dalam pikirannya.
Anak pada usia Taman Kanak-Kanak juga sudah mulai mengerti konsep-konsep serta hubungan antar konsep. Sebelum anak-anak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya, anak belajar bahasa dari orang dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa yang berada di lingkungan anak tersebut harus memberikan pengaruh yang positif terhadap tumbuh kembang pada anak tersebut, karena hal tersebut mampu mempengaruhi anak terutama bagi masa depan anak itu sendiri.
Menurut Depdikbud (1995:5) bahwa berdasarkan kemampuan berbahasa anak Taman Kanak-Kanak itu, pada hakekatnya pembelajaran pengembangan kemampuan berbahasa dan ketrampilan menyimak, berbicara melalui ruang lingkup materi dipayungi oleh tema-tema tertentu dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak.
Sandiwara boneka merupakan teknik bercerita dengan menggunakan media berupa boneka. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari manusia atau yang menyerupai manusia atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak terutama anak perempuan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah yang diajukan adalah:
Apakah penerapan kegiatan sandiwara boneka dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak?.

C.     Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui penerapan kegiatan sandiwara boneka dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak.

II.                PEMBAHASAN
A.     Sandiwara Boneka
1.      Pengertian Sandiwara Boneka
Menurut (Montolalu, 2007:10.10) bahwa metode sandiwara boneka adalah teknik bercerita dengan menggunakan boneka dan dapat pula dikombinasikan dengan menggunakan panggung.
Sedangkan menurut Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.19 bahwa bercerita dengan menggunakan boneka (sandiwara boneka) adalah merupakan “kegiatan bercerita dengan menggunakan media boneka sebagai pemeran tokoh dalam cerita dan beneka yang digunakan bisa berupa boneka jari, boneka tangan dan boneka wayang”
Menurut Malpalenisatriana (2011) bahwa sandiwara boneka adalah guru bercerita dengan menggunakan berbagai macam boneka yang akan dipentaskan dalam suatu cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sandiwara boneka adalah merupakan kegiatan bercerita dengan menggunakan media berupa boneka.

2.      Bentuk Metode Sandiwara Boneka
Metode sandiwara boneka adalah merupakan metode yang dapat diterapkan ketika guru akan berserita dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak. Menurut (Montolalu, 2007:10.10) bahwa bercerita dengan menggunakan media boneka adalah “merupakan teknik yang tidak kalah menariknya bagi anak dan dalam pelaksanaannya banyak boneka yang bisa kita gunakan dalam kegiatan ini, yaitu boneka tangan dan boneka jari”.
Sedangkan menurut Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.19 bahwa kegiatan bercerita dengan menggunakan media boneka sebagai pemeran tokoh dalam cerita,  yang dapat digunakan bisa berupa boneka jari, boneka tangan dan boneka wayang”. Berikut penjelasannya.
a.       Boneka Tangan
Menurut Gunarti, W.dkk (2015:20) bahwa boneka tangan adalah bonek yang ukurannya lebih besar dari boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan
b.      Boneka Jari
Menurut Gunarti, W.dkk (2015:20) bahwa boneka jari adalah boneka yang dimasukkan ke dalam jari tangan bentuknya kecil seukuran jari tangan orang dewasa.

c.       Boneka Wayang
Menurut Gunarti, W.dkk (2015:20) bahwa boneka wayang adalah boneka berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang kita beri kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya memainkan wayang.
d.      Boneka dengan panggung
Menurut Montolalu (2007:10-12) bahwa kegiatan bercerita melalui media boneka dengan menggunakan panggungnya akan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak”.
Selanjutnya menurut Jenkins (Montolalu, 2007:10.12) bahwa panggung boneka dapat membantu anak untuk: 1)Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya; 2) Berkonsentrasi; 3) mengembangkan keterampilan berkomunikasi 4) belajar bekerja sama; 5) mengurangi kecemasan, 6) memperoleh pengetahuan; 7) mengenalkan tentang aturan kehidupana, 8) sadar akan perilakunya.

3.      Manfaat Sandiwara Boneka
Menurut Warta (2010), bahwa terdapapt beberapa keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:
a.       Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit
b.      Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat cukup kecil dan sederhana.
c.       Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya
d.      Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana gembira.



4.      Langkah-Langkah Sandiwara Boneka
Menurut Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.21) bahwa dalam bercerita dengan menggunakan media boneka (sandiwara boneka) terdapat beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya sebagai berikut:
a.       Siapkan segala perlengkapan yang akan kita gunakan, seperti boneka panggung kecil (bila ada), tipe recorder, dan kaset musik instrumenal (apabila ada).
b.      Atur posisi duduk anak yang membuat anak merasa nyaman
c.       Kita dapat mengemukakan kalimat prolog sebelum adegan cerita dimulai dengan diiringi dengan musik pengiring sambil menyebutkan judul cerita
d.      Apabila menggunakan panggung, bukalah layar pangung kemudian kenal tokoh boneka satu demi satu.
e.       Selanjutnya, kita dapat memulai adegan demi adegan yang diperankan oleh boneka-boneka tersebut secara bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan akan bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan akan berganti dengan adegan lain, tutuplah layar kembali atau turunkan boneka dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya. Boneka tidak diturunkan dari atas ke bawah seakan-akan “tenggelam” di telan bumi.
f.        Ketika cerita sudah selesai dituturkan, kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita minta anak memperagakan karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita tersebut.
g.       Selanjutnya guru bi sa bersama-sama dengan anak menyimpulkan isi cerita tersebut, termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut.
h.       Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita atau tutup dengan nyanyian yang menggambarkan isi cerita tersebut.

B.     Bahasa Ekspresif
1.      Pengertian Bahasa Ekspresif
Menurut Fung (2003:9) bahwa bahasa ekspresif atau mengemukakan pendapat yaitu anak sudah dapat berbicara dengan jelas dan pengucapan huruf yang sempurna, serta anak sudah mampu bercerita dan menggunakan kalimat lengkap.
Menurut Moeslichatoen (2004:35) mengemukakan bahwa: bahasa ekspresif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Anak-anak dapat berbicara sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa, dapat memahami kosa kata yang didengarkan dalam percakapan yang umum dikenal. Anak-anak belajar berbahasa, sebagaimana mereka memperoleh pengetahuan lainnya, yakni melalui pengalaman.
Lebih lanjut Mustakim, dkk (2005: 29) mengemukakan bahwa bahasa ekspresif anak adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara dan menulis. Sedangkan Menurut Syamsul B. Thalib (2004:115) mengemukakan bahwa kegiatan berbahasa merupakan proses kognitif, termasuk penyimpanan, mengingat, dan mengungkapkan kembali apa saja yang baru didengar atau disampaikan kepada pendengar.
Kemampuan anak mereproduksi sejumlah kata pada usia tertentu, peran pembawaan dan lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, dan bahasa egosentrik anak yang bukan merupakan alat komunikasi, melainkan tertuju pada dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa ekspresif adalah pembicaraan yang dilakukan anak dengan menggunakan bahasa lisan dalam kemampuan anak mengungkapkan kembali apa saja yang baru didengar atau disampaikan kepada pendengar dalam sebuah percakapan

2.      Karakteristik Bahasa Ekspresif Anak
Pada perkembangan bahasa ekspresif anak terdapat beberapa karakteristik, yang harus diketaui sehingga mampu menstimulus perkembangan bahasa ekspresi anak dengan baik. Menurut Dhieni (2008:9.5) bahwa terdapat beberapa karateristik dalam kemampuan bahasa ekspresif anak pada usia 4-6 tahun yaitu:
a.       Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
b.      Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks dari bahasa yang digunakannya.
c.       Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut
d.      Sudah dapat mengucapkan lebih dari  2500 kosa kata.
e.       Lingkup kosa kata yang diucapkan anak menyangkut: warna, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasar dan halus).
f.        Sudah dapat menjadi peran pendengar dengan baik
g.       Dapat berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain , berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
h.       Percakapan yang dilakukan anak usia 5-6 tahun telah menyangkut komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya.
Berdasarkan perndapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa karateristik perkembangan bahasa ekspresif anak yaitu kemampaun bahasa anak memiliki tahap-tahap tersendiri yang saling berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya.

3.      Tahap Perkembangan Bahasa Ekspresif Anak
Menurut Hildayani (2008:11.16) bahwa terdapat beberapa tahap dalam perkembangan berbicara atau bahasa ekspresif anak yaitu: Ketika bayi, ia ‘bicara’ dalam bahasa tangis. Pada usia 6 minggu- 3 bulan, bayi mulai mengembangkan sistem komunikasinya menjadi cooing (ocehan tanpa arti yang jelas). Babbling, atau keluarnya suara mirip suku kata, tampak pada usia 6-10 bulan. Memasuki usia 1 tahun, anak telah dapat mengucapkan kata pertamanya. Tidak lama setelah itu, mereka mulai menggabungkan dua kata untuk berbicara. Anak usia 2 tahun telah dapat melakukan komunikasi engan kalimat sederhana. Di usianya yang ketiga anak telah mampu menceritakan tentang kejadian pada saat itu. Anak usia 4-6 tahun telah berbicara dan berbahasa seperti layaknya orang dewasa.




4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bahasa Ekspresif Anak
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan bahasa ekspresif pada anak. Menurut Sujanto (1992: 31) mengemukakan bahwa  “ada 2 faktor yang berperan dalam pengembangan bahasa ekspresif pada anak yaitu faktor internal dan faktor eksternal”.Untuk lebih jelasnya tentang beberapa faktor tersebut maka akan diuraikan sebagai berikut:

5.      Indikator Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak
Menurut Permen nomor 58 tahun 2009, bahwa Indikator kemampuan berbicara pada anak usia 4 sampai <5 tahun adalah sebagai berikut:
a.       Mengulang kalimat sederhana.
b.      Menjawab pertanyaan sederhana.
c.       Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang,
d.      nakal, pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb.).
e.       Menyebutkan kata-kata yang dikenal.
f.        Mengutarakan pendapat kepada orang lain.
g.       Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan  atau ketidaksetujuan.
h.       Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar
Sedangkan Pada Permen nomor 58 tahun 2009, indikator kemampuan berbicara pada anak usia 5 sampai <6 tahun adalah sebagai berikut:
a.       Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
b.      Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.
c.       Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung.
d.      Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan).
e.       Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain.
f.        Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
Berdasarkan indikator tersebut di atas dan subjek dalam penelitian ini pada kelompok B maka peneliti menggunakan indikator kemampuan berbicara atau bahasa ekspresif anak pada anak usia 5 sampai <6 tahun.
III.             PENUTUP

IV.              DAFTAR PUSTAKA

NASKAH SANDIWARA BONEKA
JUDUL: ADOY SAKIT PERUT
(PEMBUKAAN, PROLOG DAN PERKENALAN TOKOH SANDIWARA)
Ibu guru            : “ Assalamualaikum Wr. Wb.”
Anak-anak       : “Waalaikum salam Wr. Wb”
Ibu guru            : “Anak-anak hari ini kita akan belajar bersama Adoy si Boneka tangan yang lucu. (boneka diperlihatkan dan diperkenalkan). Siapa yang mau berkenalan?”
Anak-anak       : “Saya…saya…saya..buu!!”
(IBU GURU MULAI MEMAINKAN BONEKA YANG BERNAMA ADOY, MENGEKSPRESIKAN KARAKTER, MENGINTERPRETASI PERAN DAN MERUBAH SUARA SESUAI KARAKTER)
Adoy (boneka): “Assalamualaikum, selamat pagi, namaku adoy ,, halo teman-teman”
Anak-anak       : “Hallo Adoy”
Adoy                : “Eh aku sudah pulang sekolah lohh,,,hhmm…sekarang aku mau jajan ahh di warung depan sekolah itu”.
(BONEKA DIGERAKKAN KE ARAH KIRI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN DAN DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu guru            : “Adoy tadi lapar dan ingin jajan, dimana Adoy jajan ya anak-anak?”
Anak-anak       : “Di Warung depan sekolah bu..?”
Ibu guru            : “yah,,di sana kan banyak debunya ya anak-anak? Apa yang mau di beli si Adoy ya?”
(BONEKA KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN MENUJU KE WARUNG UNTUK JAJAN)
Adoy    : “ hhmm…kayaknya aku mau beli pisang goreng deh, eh tapi kok banyak lalatnya yaah.ahh… masa bodoh yang penting kenyang”.
(BONEKA DIGERAKKAN LAGI KE ARAH KIRI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN DAN DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu guru            : “Boleh tidak kita beli makan yang banyak dihinggapi lalat anak-anak?”
Anak-anak       : “ tidak boleh bu..nanti sakit perut ya bu?”
Ibu guru            : “pintar, kita lanjutkan yah?”
(BONEKA KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN DIEKSPRESIKAN SEDANG MEMAKAN SESUATU)
Adoy                : “ Nyam..nyam..nyam..hhmm…enak sekali pisang gorengnya, teman-teman mau enggak? Enggak mau ya udah aku habisin sendiri aja..!! .. tapi eh..ehh.. perutku kok jadi sekit..aduh..aduuh…aduh..sakit..”
(BONEKA DITURUNKAN DAN DISEMBUNYIKAN LAGI DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu guru            : “ siapa yang tahu mengapa Adoy sakit perut?”
Anak-anak       : “ itu bu..jajan pisang goreng yang banyak lalatnya dan Adoy makan tidak membaca doa dulu bu..”
(BONEKA KELUAR LAGI DIEKSPRESIKAN SEDANG KESAKITAN MEMEGANG PERUTNYA)    
Adoy                : “ aduuh… pasti karena pisang goreng itu, uh..aku jadi sakit perut mules sekali, aku engga mau lagi ah jajan sembarangan di warung itu.. teman-teman Adoy mau pulang dulu, mau minum obat dulu yaa,,doakan Adoy biar cepat sembuh dah.. assalamualaikum teman-teman”
Anak-anak       : “ waalaikum salam Wr. Wb”
Ibu guru            : “ nah..anak-anak tadi kita sudah mendengar kalau Adoy sakit perut karena makan makanan yang banyak dihinggapi lalat dan dia lupa tidak membaca doa sebelum memakannya, jadi.. anak-anak jangan suka jajan sembarangan yaa?”
Anak-anak       : “ iyaa buu…”


(SELESAI) 

3 komentar:

  1. boleh tau refernsi bukunya bu? mau beli...

    BalasHapus
  2. Kalau utk buku nya saya menggunaka n buku dr kathryn Gerald & david Gerald "konseling anak-anak" edisi ketiga. Penerbit indeks

    BalasHapus
  3. Kalau utk buku nya saya menggunaka n buku dr kathryn Gerald & david Gerald "konseling anak-anak" edisi ketiga. Penerbit indeks

    BalasHapus