Minggu, 12 April 2015

KONSELING KESEHATAN EDISI: 13 APRIL 2015

MATA KULIAH KONSELING KESEHATAN 
EDISI: 13 APRIL 2015 



PENYAKIT TBC
MATA KULIAH KONSELING KESEHATAN
DOSEN: Aniek Wirastania, S.Pd. M.Pd.

 






NAMA ANGGOTA:
1.      ERNI AGUSTIN                               11-500-0006
2.      ASHRY ROSIFA                               11-500-0032
3.      PUTRI WIDIANINGRUM              11-500-0043
4.      NURLIANA DEWI                           11-500-0050
KELAS BK A1 2011

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya kita dapat menyelesaikan tugas ini yang alhamdulillah berjalan dengan lancar.
            Semoga tugas yang kita buat ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua dan menjadi masukan yang positif untuk pembelajaran yang selanjutnya. Semoga dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan pengembangan wawasan teman-teman dalam memahami tentang mata kuliah ini.
            Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen kami yang turut memberikan sumbangan besar terhadap terciptanya makalah ini dan kepada teman-teman yang telah bekerja sama mengerjakan makalah ini sehingga terciptalah makalah ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita.
            Akhirnya “tiada gading yang tak retak”, menyadari keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka semakin nampak kelemahannya. Kepada rekan-rekan sejawat yang berkenan memberikan kritiknya kami mengucapkan terima kasih.

                                                                        Surabaya, April 2015



                                                            Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                     i
DAFTAR ISI                                                                                                               ii
PENDAHULUAN                                                                                                       1
ISI
A.     Pengertian Penyakit TBC                                                                                  3
B.     Gejala dan Ciri-ciri Penderita TBC                                                                    4
C.     Penyebab Infeksi TBC                                                                          5
D.     Pengobatan Penyakit TBC                                                                                6
E.      Konseling Penderita TBC                                                                                 7
PENUTUP                                                                                                                   11
DAFTAR PUSTAKA                                                                                      12

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia. Setiap tahun terdapat 9 juta kasus baru dan kasus kematian hampir mencapai 2 juta manusia. Di semua negara telah terdapat penyakit ini, tetapi yang terbanyak di Afrika sebesar 30%, Asia sebesar 55%, dan untuk China dan India secara tersendiri sebesar 35% dari semua kasus tuberkulosis.(Universitas Sumatera Utara)
Laporan WHO (global reports 2010), menyatakan bahwa pada tahun 2009 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9,4 juta (antara 8,9 juta hingga 9,9 juta jiwa) dan meningkat terus secara perlahan pada setiap tahunnya dan menurun lambat seiring didapati peningkatan per kapita. Prevalensi kasus TB di seluruh dunia sebesar 14 juta (berkisar 12 juta sampai 16 juta). Jumlah penderita TB di Indonesia mengalami penurunan, dari peringkat ke tiga menjadi peringkat ke lima di dunia, namun hal ini dikarenakan jumlah penderita TB di Afrika Selatan dan Nigeria melebihi dari jumlah penderita TB di Indonesia. Estimasi prevalensi TB di Indonesia pada semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun. Selain itu, kasus resistensi merupakan tantangan baru dalam program penanggulangan TB. Pencegahan meningkatnya kasus TB yang resistensi obat menjadi prioritas penting. (Universitas Sumatera Utara)
Laporan WHO tahun 2007 menyatakan persentase resistensi primer di seluruh dunia telah terjadi poliresistensi 17,0%, monoresistensi terdapat 10,3%, dan Tuberculosis - Multidrug Resistant (TB-MDR) sebesar 2,9 %. Sedangkan di Indonesia resistensi primer jenis MDR terjadi sebesar 2%. Kontak penularan M. tuberculosis yang telah mengalami resistensi obat akan menciptakan kasus baru penderita TB yang resistensi primer, pada akhirnya mengarah pada kasus multi-drug resistance (MDR). Ketika dilaporkan adanya beberapa kasus resistensi obat TB di beberapa wilayah di dunia hingga tahun 1990-an, masalah resistensi ini belum dipandang sebagai masalah yang utama. Penyebaran TB-MDR telah meningkat oleh karena lemahnya program pengendalian TB, kurangnya sumber dana dan isolasi yang tidak adekuat, tindakan pemakaian ventilasi dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis suatu TB-MDR. (Universitas Sumatera Utara)
Rao dan kawan-kawan di Karachi-Pakistan pada tahun 2008, melakukan penelitian resistensi primer pada penderita tuberkulosis paru kasus baru. Didapatkan dengan hasil pola resisten sebagai berikut: resistensi terhadap Streptomisin sebanyak 13 orang (26%), Isoniazid 8 orang (16%), Etambutol 8 orang (16%), Rifampisin 4 orang (8%) dan Pirazinamid 1 (0,2%). Sedangkan di Indonesia TB-MDR telah diperoleh sebanyak 2 orang (0,4%) pasien. Angka resistensi/TB-MDR paru dipengaruhi oleh kinerja program penanggulangan TBC parudi kabupaten setempat/kota setempat terutama ketepatan diagnosis mikroskopik untuk menetapkan kasus dengan BTA (+), dan penanganan kasus termasuk peran Pengawas Menelan Obat (PMO) yang dapat berpengaruh pada tingkat kepatuhan penderita untuk minum obat. Faktor lain yang mempengaruhiangka resistensi/ MDR adalah ketersediaan OAT yang cukup dan berkualitas ataupun adanya OAT yang digunakan untuk terapi selain TBC. (Universitas Sumatera Utara)
Semakin jelas bahwa kasus resistensi merupakan masalah besar dalam pengobatan pada masa sekarang ini. WHO memperkirakan terdapat 50 juta orang di dunia yang telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah resisten terhadap OAT dan dijumpai 273.000 (3,1%) dari 8,7 juta TB kasus baru pada tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif di Indonesia, Provinsi Jawa Timur menempati urutan ke 8 angka temuan kasus TBC paru terbesar tahun 2007, meskipun belum mencapai target yang ditetapkan. Sebaran angka temuan kasus tersebut yaitu DKI Jakarta(88,14%), Sulawesi Utara (81,36%), Banten (74,62%), Jawa Barat (67,57%), Sumatra Utara (65,48%), Gorontalo (62,15%), Bali (61,39%), Jawa Timur (59,83%), DI Yokyakarta (53,23%), Sumatra Barat (51,36%) (Depkes RI, 2007). (Universitas Sumatera Utara)
ISI

A.     PENGERTIAN PENYAKIT TBC
Tuberkulosis (tuberculosis) atau yang biasa disebut dengan TBC adalah penyakit menular yang umum dan banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit infeksi saluran pernafasan ini disebabkan oleh mycobakteria umumnya mycobakterium tuberculosis disingkat Mtb atau Mtbc. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk pengobatannya. 90% tuberculosis biasanya menyerang paru-paru, namun bisa berdampak pada bagian tubuh yang lain. Tuberculosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila tuberculosis tidak diobati lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga sampai saat ini belum ada satu negarapun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat mycobacterium tuberculosis inipun tinggi. Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46 persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.

B.     GEJALA DAN CIRI-CIRI ORANG TERKENA PENYAKIT TBC
TBC merupakan penyakit yang di timbulkan dari sebuah virus atau bakteri Mycobacterium tuberculosis. Jenis penyakit ini sangat mudah menular yang akan menyerang sistem pernapasan dan paru-paru bagi orang yang mengidapnya. Penyakit TBC juga salah satu penyakit yang cukup memakan korban kematian menurut KKBN, sehingga ini yang membuat pemerintah serius dalam menghadapi penyakit yang satu ini. Selain itu penyakit TBC juga akan menyerang beberapa organ tubuh lainnya di antara lain tulang, usus, kelenjar getah bening, bahkan otak. Penyakit TBC tidak akan menyerang orang yang memiliki tubuh sehat dan sistem kekebalan tubuh yang baik, biasanya TBC akan menyerang orang yang kurang asupan gizi yang hidup di sekitar lingkungan kotor. Namun Anda bisa saja tertular karena sering berinteraksi dengan orang yang mengidap penyakit TBC, oleh karena itu Anda harus tetap waspada untuk mencegah timbulnya penyakit TBC ini.
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah. Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis yang perlu Anda ketahui. Gejala utamanya adalah batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih. Dan gejala tambahan yang sering dijumpai Dahak bercampur darah/batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri pada dada, demam/meriang lebih dari sebulan, berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas, badan lemah dan lesu, nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan. Sebenarnya untuk mengetahui orang yang terkena penyakit TBC tidak begitu sulit, gejala awal yang dapat dirasakan adalah tubuh terasa malas dan lemas kemudian menimbulkan demam pada malam hari di sertai dengan keringat, biasanya demam ini disertai flu yang kadang hilang kemudian muncul kembali.
Tanda dan ciri yang mudah untuk diketahui saat orang terkena TBC biasanya selalu berkeringat di malam hari tanpa penyebab sesuatu yang jelas. Sebaiknya Bagi Anda yang telah mengetahui ciri-ciri di atas ada baiknya segera periksakan diri Anda ke Dokter, mengingat penyakit TBC akan semakin parah jika tidak ditangani secepatnya. Karena jika tidak ditangani secara serius maka virus tersebut akan menyerang organ tubuh yang lain seperti tulang, otak, dan kelenjar getah bening, bahkan jika terlalu lama di abaikan akan menyebabkan kematian. Biasanya pengobatan penyakit TBC ini tidak akan sembuh dengan cepat, butuh waktu 6 hingga 9 bulan untuk proses penyembuhan.
C.     PENYEBAB INFEKSI TBC
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini. Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.
Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi). Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.
D.    PENGOBATAN PENYAKIT TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat. Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter. Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning. Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan. Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara: (1) Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif; (2) Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga; (3) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.
E.     KONSELING PENDERITA TBC
Konseling Pasien TB Dewasa adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada pasien TBC agar memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya dan penyakit yang dideritanya, sehingga mampu mengambil atau membuat suatu keputusan atau memecahkan masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-perasaan yang terlibat di dalamnya.
Konseling Pasien TB Anak adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada orang tua/wali pasien TB agar memperoleh pengertian yang lebih baik tentang diri pasien/orang tua/wali pasien dan penyakit yang diderita pasien.
Hal-hal yang perlu dimiliki oleh konselor:
1.      Mempunyai pengetahuan tentang standar penentuan diagnose penderita TBC, cara penyebaran penyakit TBC, cara pencegahan penyakit TBC, program terapi pemyakit TBC.
2.      Memiliki sikap yang sopan, sabar dan empati,
3.      Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti konseli ,
4.      Menunjukkan sikap ingin membantu konseli ,
5.      Menciptakan suasana lingkungan konseling yang nyaman,
6.      Mampu menjadi pendengar yang baik dalam menerima keterangan dari pasien.
Tempat Konseling
Ruang terpisah dengan ruangan lain agar konseli merasa nyaman dan terjaga privasi pasien. Besar ruangan tergantung jumlah konseli yang dilayani. Terdapat fasilitas peralatan yang cukup memadai antara lain: FlipChart, Leaflet, dll.
Langkah-Langkah Konseling
1.      Pengumpulan data meliputi: Identifikasi data dan pengkajian data yang terkumpul dikaji, diidentifikasi secara rinci dan mengambil kesimpulan atas masalah yang dihadapi konseli penderita TBC berdasarkan pengumpulan data.
2.      Perencanaan konseling yang perlu diberikan
3.      Memonitor dan evaluasi hasil konseling
Hambatan yang sering dijumpai oleh konselor:
1.      Konseli tidak mau bicara terbuka
2.      Konseli  mengalami kejenuhan dan kesulitan dalam mengatur pola minum obat sesuai dengan anjuran
3.      Konseli  mengeluh efek samping yang ditimbulkan oleh OAT
4.      Konseli tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendengarkan anjuran konselor
5.      Konseli berbicara terus yang sering tidak sesuai dengan topic pembicaraan
6.      Ruang dan suasana konsultasi kurang mendukung jalannya proses konsultasi.
PROSES KONSELING
1.      Persiapan
Persiapan dalam melakukan konseling yaitu tahap awal sebelum proses konseling dilakukan. Untuk menerapkan suatu konseling yang baik, maka konselor harus memiliki persiapan. Konselor sebaiknya melakukan persiapan prainteraksi dengan melihat data rekam medis pasien, ini penting agar konselor dapat mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti tingkat pendidikan yang akan mempengaruhi terhadap tingkat kepahaman dalam program pengobatan TBC. Selain itu, konseli juga harus mempersiapkan diri dengan informasi-informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang diterima oleh pasien. Hal itu juga berkaitan dengan bagaimana riwayat penyakit TBC yang diderita pasien, termasuk jenis TBC yang ringan,sedang atau berat dan apa saja diet penyakit TBC yang telah di derita pasien.
2.      Proses Konseling
a.       Pembukaan 
Pembukaan konseling antara konselor dengan konseli dapat menciptakan hubungan baik sehingga konseli percaya untuk memberikan informasi tentang permasalahan dirinya yang berkaitan dengan penyakit TBC. Dengan cara lain saling mengenal, mengemukakan tentang kontrak waktu yang akan disepakati bersama.
b.      Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
Pada tahap ini konselor dapat mengetahui dari konseli tentang masalah potensial yang mungkin terjadi selama pengobatan.
c.       Menutup diskusi
d.      Follow-Up diskusi
e.       Dokumentasi


3.      Evaluasi
Strategi yang digunakan untuk Konseling Kesehatan
Realita
Konseling realitas merupakan model konseling yang termasuk kelompok konseling cognitive-behavioral(perilaku-kognitif). Pendekatan konseling realitas dikembangkan oleh William Glasser dengan nama Reality Therapy (Terapi Realitas). Menurut pendekatan konseling realitas, konseling pada dasarnya merupakan proses belajar yang menekankan dialog rasional antara konselor dan konseli dengan tujuan agar konseli mau memikul tanggung jawab bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Person Center Teraphy
Konseling berpusat pada person (person centred therapy) dikembangkan oleh Carl Person Rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling dan psikoterapi. Dia dilahirkan pada 1920 di Loak Park, Illinois. Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1960an, psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Titik berat dari PCT meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapist lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan. Periode ini memperkenalkan unsur-unsur penting dari sikap-sikap terapis, yakni keselarasan, pandangan dan penerimaan positif, dan pengertian yang empatik sebagai prasyarat bagi terapi yang efektif.  
Pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya terapi untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan klien, bukan terapi, sebagai pusat terapi. Falsafah dan Asumsi Dasar Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning). Asumsi dasarnya adalah dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian terapistklien mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan self-awareness.


















PENUTUP

Berdasarkan hasil penjelasan di atas bahwa pasien penderita TBC banyak yang mengalami stress hingga depresi yang berlebihan akibat penyakit yang dideritanya, sehingga pasien penderita TBC selain membutuhkan penanganan khusus melalui obat juga perlu melakukan proses konseling agar pasien penderita TBC ini dapat menerima keadaan dirinya pada saat ini dan dapat optimis dalam menjalani kehidupannya kedepan nantinya. Teknik yang sesuai dalam proses konseling kepada pasien penderita TBC adalah Realita dan Person Centered Therapy karena dalam teknik tersebut konseli disadarkan pada kondisi konseli pada saat itu sehingga konseli dapat menerima dirinya dengan penyakit yang konseli derita dan konseli dapat menggali potensi yang ada pada dirinya sehingga konseli dapat mandiri dengan potensi yang ia miliki sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli Amin, Asril Bahar. 2006. Tuberculosis Paru, Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar