Kamis, 30 Juli 2015

Konseling Keluarga Part 1

Aku milik suamiku dan suamiku milik ibunya

Ditujukan buat para menantu....tetapi lebih ditujukan buat diriku sendiri....

Copas dr teman yg baik hati....

Seburuk apapun mertua.. aku selalu ingat bahwa..
Dia..adalah wanita yg mngandung suamiku dalam kepayahan selama 9bln..
Dia..adalah wanita yg air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku..
Dia..ialah wanita yg mendidik dan membesarkan suamiku, yg mngajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku.

Aku..ga pernah keluar uang sepeserpun untuk nyekolahin suamiku.. hingga ia dapat ijazah, yg sekarang ijazah itu ia gunakan utk mencari nafkah..untuk menafkahi aku!!

Aku..ga sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yg penuh tanggungjawab.. dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.

Setelah pengorbanannya yg bertubi tubi.. anak laki lakinya menikah denganku.. dia bagi kasih sayang anaknya denganku..
Cemburu?? Pasti dia cemburu..aku wanita asing, yg kini selalu disayang2 oleh anak laki lakinya..
Harta anak laki lakinya tercurah untuk kunikmati..padahal ia yg melahirkan..membesarkan dan mendidik..
Aku memahami cemburu itu.. walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku..
Aku bukan malaikat yg ga pernah jengkel dgn mertuaku,, dan mertuaku pun bukan malaikat yg selalu kubela.
Adakalanya aku marah..cemburu dan sakit hati,,
Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku.. jasa yg sampai akhir hayatpun aku ngga akan mampu membayarnya..

Pada ujung tangisku.. terngiang nasehat ibundaku tercinta..
"Nak.. dukunglah suamimu utuk berbakti pada ibunya.. jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya.
Karena.. kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki lakimu..
Apa yg kau lakukan pada mertuamu..akan dilakukan pula oleh menantumu.. segala sesuatu pasti ada timbal baliknya"..

Dan tangisku makin deras..
Oh suamiku.. bahagiakanlah org tuamu semampumu..
Semoga kelak anak2 kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan baktimu pd orang tuamu.

Minggu, 12 Juli 2015

Mengatasi Kecemasan

Memahami Kecemasan dan Cara Mengatasinya


Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stres dan benar-benar dapat bermanfaat dalam beberapa situasiTetapi bagi sebagian orang kecemasan dapat menjadi berlebihan. Orang yang menderita kecemasan menyadari bahwa kecemasan yang mereka alami begitu susah untuk dikendalikan sehinggaberdampak pada kehidupanmereka sehari-hari. Ada berbagai macamgangguan kecemasantermasuk gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder), gangguan kecemasan sosial (Phobia Social Disorder), gangguanstres pasca-trauma (Post Traumatic Stress Disorder), gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder)dangangguan panik (Panic Disorder). 
Gangguan kecemasan berbeda dariperasaan gugup yang normalGangguan kecemasan yang tidak dibantu dapatmendorong orang untuk menghindarisituasi yang memicu atau memperburukgejala merekaBahkan orang dengangangguan kecemasan cenderungmenderita depresidan cenderung melakukan penyalahgunaan alkohol dan obat lain dalam upaya untuk mengurangi gangguan kecemasan yang mereka rasakanSehingga tentu saja hal ini menyebabkan menurunnya prestasi kerja, produktivitas diri, dan memperburuk hubungan pribadi dengan orang lain.
   
Gejala Gangguan Kecemasan  
Berikut gejala-gejala orang yang mengalami gangguan kecemasan yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) : 
  • Perasaan panik dan ketakutan yang berlebihan 
  • Pikiran obsesif yang tidakterkendali
    Merasakan sesuatu yang nyeriketika mengingat kenangan atau memori yang menyakitkan
  • Mimpi buruk yang berulang-ulang 
  • Gejala fisik seperti rasa sakit perut tiba-tiba ketika berhadapan dengan situasi yang ingin dihindarijantung berdebar-debarmudah terkejut,dan terjadinya ketegangan otot  

Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan 

Panic Disorder
Gejala utama dari gangguan panik adalah serangan panik yakni kombinasi tekanan yang terdiri dari tekanan fisik dan psikologis. Selama mengalami gangguan panik, seseorang mengalami beberapa gejala yang terjadi dalam kombinasi diantaranya : 
• Jantung berdebar dengan cepat atau nyeri dada 
• Berkeringat dan gemetar 
• Sesak napas dan merasa tersedak 
• Mual atau sakit perut
• Pusing
• Merasa tidak nyata atau hilang kendali dengan dunia nyata
• Takut kehilangan kontrol, "gila," atau takut mati
• Mati rasa 
• Menggigil 
Karena gejala sangat parah, banyak orang dengan gangguan panik percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung atau lainnya penyakit yang mengancam jiwa. Padahal gangguan panik dapat dibantu dengan menggubakan psikoterapi seperti hipnoterapi, cognitive behavior therapy, dan pendekatan psychotherapy lainnya yang secara penelitian telah terbukti keefektifannya dalam menangani klien yang mengalami gangguan panik. 

Fobia 
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan dan terus-menerus dari objek tertentu, situasi, atau kegiatan. Ketakutan ini menyebabkan penderitaan sehingga orang yang mengalami fobia seringkali menghindari situasi atau peristiwa yang memaksa mereka untuk bertemu dengan ketakutannya. Ada tiga jenis fobia: 

Fobia Spesifik yakni Sebuah ketakutan ekstrim atau berlebihan dari suatu obyek atau situasi yang umumnya tidak berbahaya. Penderita tahu ketakutan mereka berlebihan, tetapi mereka tidak bisa mengatasinya. Contohnya adalah takut terbang atau takut laba-laba. 

Fobia sosial (Social Anxiety) yakni kecemasan yang signifikan dan ketidaknyamanan yang muncul ketika berada dalam situasi sosial atau berada di depan banyak orang. Contoh umum adalah munculnya gangguan kecemasan ketika berbicara di depan umum, bertemu orang-orang, atau menggunakan toilet umum.

Agoraphobia adalah 
jenis fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat seseorang akan sulit untuk dapat melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila seseorang mengalami serangan panik. Walaupun kebanyakan orang berpikir bahwa Agorafobia adalah ketakutan akan tempat-tempat umum, sekarang dipercaya bahwa Agorafobia berkembang dari komplikasi dari serangan panik.Akibatnya, orang dengan agorafobia membatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, seperti di dalam rumah.
 

Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder)
Orang dengan gangguan kecemasan umum secara langsung mengalamiketegangan parah yang menggangguaktivitas sehari-hariMereka khawatirterus-menerus dan merasa tidak berdayauntuk mengendalikan kekhawatirantersebutSeringkali kekhawatiran merekafokus pada tanggung jawab pekerjaan,kesehatan keluargaatau hal-hal kecil seperti pekerjaan rumahperbaikan mobil,atau janjiMereka mungkin memilikimasalah tidurnyeri otot / ketegangan,dan merasa gemetarlemah danmenderita sakit kepalaOrang dengangangguan kecemasan umum bisa marah dan sering mengalami masalahberkonsentrasi dan bekerja secara efektif.

Faktor yang menyababkan Gangguan Kecemasan
Penyebab gangguan kecemasan saat ini tidak diketahui, meskipun penelitian telah memberikan beberapa petunjuk. Area otak yang mengontrol ketakutan respon mungkin memiliki peran dalam beberapa gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan dapat berjalan dalam keluarga, menunjukkan bahwa kombinasi gen dan tekanan lingkungan dapat menghasilkan gangguan. Akan tetapi beberapa hal yang menjadi perhatian penelitian yang menyebabkan kecemasan diantaranya sebagai berikut :  
  • Peran genetika. Beberapa orang yang memiliki kecenderungan untuk memiliki kepribadian cemas, dapat dipengaruhi dari kepribadian dan pola asuh kedua orang tuanya.
  • Trauma masa kanak-kanak seperti kematian orang tua, mengalami kejadian yang menakutkan dapat membuat Anda lebih rentan terhadap kecemasan ketika Anda menjadi tua.
  • Stres yang terjadi karena mengalami kejadian yang menakutkan. Sebagai contoh, krisis keluarga atau trauma yang terjadi di masyarakat seperti bencana tsunami atau kecelakaan. Kejadian tersebut seringkali memunculkan bekas luka yang membuat orang mengalami kecemasan yang tidak beralasan.

Penanganan Gangguan Kecemasan
Umumnya orang yang mengalami gangguan kecemasan yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan dirinya sehingga seringkali dihantui oleh bayangan atau perasaan yang tidak menentu dalam kehidupan sehari-hari.Meskipun masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik sendiri yang uniksebagian besar merespon dengan baik untuk dua jenis pengobatan:psikoterapi dan obat-obatanPerawatan ini dapat diberikan sendiri atau dalam kombinasiPengobatan dapatmemberikan bantuan yang signifikan darigejalatetapi tidak selalu obat lengkap.
Adapun psikoterapi yang secara penelitian terbukti dapat membantu klien mengalami gangguan kecemasan adalah dengan menggunakan pendekatan atau metode hipnoterapi. Hipnosis adalah satu kondisi kesadaran dimana sangat reseptif menerima suatu ide atau sugesti. Dengan memanfaatkan kondisi hipnosis, klien yang mengalami gangguan kecemasan dapat dibantu untuk melepaskan semua emosi negatif yang menghambat dirinya serta dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam mengurangi kecemasan yang berlebihan. Di klinik Hipnoterapi, kami seirngkali banyak menangani klien yang mengalami ketakutan dan kecemasan seperti cemas karena takut kematian, fobia binatang ataupun fobia ketinggian. Banyak klien kami yang berhasil keluar dari masalah kecemasan yang dihadapinya dan mampu melanjutkan hidupnya secara normal seperti biasa kembali.
 Untuk itu, agar gangguan kecemasan yang dirasakan dapat diatasi, akan lebih baik jika penderita segera mencari bantuan profesional seperti konselor, psikolog, psikiater atau hipnoterapis yang memiliki keterampilan dalam membantu mengatasi masalah gangguan kecemasan.

Sabtu, 11 Juli 2015

Menangani Gejala Kejenuhan Kerja

Menangani Gejala Kejenuhan Kerja (Burnout)


Apa itu Burnout ?

Apakah Anda pernah mengalami burnout dalam hidup baik itu ketika Anda belajar, bekerja ataupun dalam kehidupan rumah tangga. Pernahkah Anda merasakan begitu tidak semangatnya Anda ketika melakukan suatu pekerjaan? atau mungkin Anda pernah merasakan tidak mau terlibat secara aktif dalam situasi pekerjaan? Beberapa fenomena di atas sering kali dinamakan dengan burnout. Dalam istilah bahasa Indonesia sering kali diartikan dengan kata “Kejenuhan Kerja”. Burnout adalah suatu kondisi yang menggambarkan terjadinya keletihan yang lama dan menghilangnya ketertarikan terhadap suatu hal.

Burnout terjadi karena adanya intensitas yang kontinuitas terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan yang tidak menghasilkan perubahan. Cherniss (1980) mendefi nisikan burn out sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Walaupun pada kenyataannya, ketahanan dari setiap individu terhadap tuntutan lingkungan berbeda-beda, namun setiap individu memiliki peluang yang sama besar mengalami burnout.

Dengan kata lain, burnout dapat diartikan kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat. Dampak psikis dari kelelahan fisik tersebut akan berdampak pada terhambatnya pencapaian prestasi individu secara personal, akademik, sosial atau professional. Orang yang mengalami kejenuhan (burnout) menunjukkan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi dalam rentang waktu tertentu, karena keterlibatan yang intensif dengan tugas-tugas yang tidak menghasilkan prestasi yang semakin baik. Dampak dari burnout adalah menurunnya produktivitas kerja dari seseorang. Dengan kata lain, potensi yang dimilikinya terhambat. Selain itu, bentuk resistansi terhadap pekerjaan mengakibatkan produktivitas diri menjadi tidak efektif dan membuat tidak kondusifnya iklim emosional di tempat kerja. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan terjadinya keletihan secara fisik, mental dan emosional.  Teori kejenuhan (burnout) yang dij elaskan oleh Maslach & Jackson (1997) menjelaskan bahwa ada tiga dimensi burnout yang menggambarkan fenomena burnout secara menyeluruh yakni keletihan emosi (emotional exhaustion), sinisme (cynism) dan menurunnya keyakinan diri (reduce personal efficacy). Secara garis besar deksripsi komponen kejenuhan adalah sebagai berikut:

1)  Keletihan Emosi (Emotional Exhaustion)
Keletihan emosi akibat kejenuhan ditandai dengan sikap mudah menyerah, lelah dan lesu tanpa gairah bekerja. Keletihan emosi mengakibatkan individu menjadi tidak semangat bekerja dan merasa energinya terkuras habis, tanpa mendapatkan hal yang penting untuk dirinya. Individu yang mengalami kejenuhan akan merasa energinya habis secara emosi, mudah putus asa dan frustrasi (Maslach & Jackson, 1997). 

2)  Sinisme (Depersonalization)
Sinisme sering kali disebut depersonalisasi, gejala kejenuhan dalam bentuk sinisme membuat individu tidak nyaman berada di dalam lingkungan kerja maupun mengikuti aktivitas bekerja. Maslach et al (1997) menjelaskan bahwa komponen kejenuhan dalam bentuk sinisme ini muncul dalam bentuk perasaan sinis, dingin dan menjaga jarak. Artinya individu menunjukkan perilaku mekanisme pertahanan diri terhadap tuntutan dan beban pekerjaan yang dipikulnya. Bentuk perilaku sinisme yang sering kali muncul pada seseorang yang mengalami kejenuhan kerja, yakni seperti bolos bekerja, marah-marah, tidak produktif dalam bekerja, dan sering kali berpikiran negatif terhadap atasan serta kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang digeluti.

3)  Menurunnya keyakinan diri (Reduce Personal Efficacy)
Individu yang mengalami keyakinan diri yang tinggi sangat rendah mengalami kejenuhan sementara individu yang mengalami kejenuhan memiliki masalah dengan rasa percaya diri, keyakinan terhadap kemampuannya sehinnga membuat mereka stres dan tertekan. Karakteristik individu yang menderita karena menurunnya keyakinan diri yakni merasa menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas terhadap hasil pekerjaan yang didapatkannya, merasa tidak kompeten, rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak berprestasi.


Ketika seseorang mengalami kejenuhan kerja (Burnout), maka produktivitas kerja akan semakin menurun dan hilangnya konsentrasi fokus kerja yang menyebabkan orang tersebut merasakan keletihan secara emosi dan akhirnya melakukan penghindaran terhadap situasi kerja atau tugas yang semestinya dia lakukan. Untuk itu, jika anda mengalamiBurnout, perlu segera mencari bantuan profesional seperti Konselor atau Psikolog yang mampu membantu anda menurunkan kejenuhan (Burnout) yang dirasakan.
Banyak pendekatan yang bisa dilakukan dalam melakukan intervensi Burnout diantaranya menggunakan pendekatan Hipnoterapi. Pendekatan Hipnoterapi yang biasa dilakukan di klinik hipnoterapi dalam membantu orang yang mengalami kejenuhan adalah dengan melakukan strategi modifikasi dalam pikiran bawah sadar. Hal ini bertujuan untuk mengubah keyakinan yang salah atau program pikiran yang keliru sehingga klien mengubah cara berpikirnya secara tepat terhadap situasi yang memunculkan situasi jenuh. Setelah itu, klien akan merasakan pikiran baru yang begitu segar dan jernih sehingga siap memulai aktifitasnya dengan penuh semangat.

Jumat, 10 Juli 2015

Mengelola Kemarahan

Mengelola Kemarahan (Anger Mangement)



Pada dasarnya marah merupakan salah satu emosi dasar yang dimiliki oleh manusia, yang mana suatu situasi diterima sebagai hal yang sangat negatif dan kemudian menyalahkan orang lain akan kejadian negatif yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Menurut kamus Oxford Dictionary, marah (Anger) didefinisikan sebagai ‘Displeasure Extreme’ yang dapat diartikan sebagai perasaan tidak nyaman yang ekstrim atau berlebihan terhadap situasi yang dinilai tidak menyenangkan. DiGiuseppe dan Tafrate (2007) menjelaskan bahwa kemarahan (anger) merupakan perasaan internal, mental dan subjektif yang diasosiasikan dengan perubahan kognisi dan psikologis pada seseorang. Sedangkan menurut Spielberger (2010) kemarahan merupakan keadaan emosional yang mempengaruhi perasaan dan bervariasi dari yang tingkat mengganggunya ringan sampai kepadaberat, serta dihubungkan dengan perubahan pada sistem syaraf. Spielberger berpendapat bahwa kemarahan ada dua jenis yakni sipat (trait) dan kondisi (state). Kemarahan sipat berkaitan dengan kepribadian seseorang yang muncul karena situasi yang frustrasi. Sementara marah kondisi muncul akibat dari situasi yang tidak berdaya sehingga individu mengalami kecenderungan untuk mengekspresikan kemarahan yang dirasakannya.

Novaco (2010) menjelaskan kemarahan sebagai emosi negatif yang merupakan hasil dari pengalaman subjektif seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan. Kemarahan melibatkan beberapa komponen yakni komponen kognitif, somatik-afektif dan perilaku. Untuk lebih mudah dalam memahami kemarahan, Novaco menjelaskannya dengan konsep “Anger as Firework” yakni kemarahan dapat dianalogikan seperti sebuah kembang api. Novaco menjelaskan bahwa kemarahan timbul  karena ada suatu pemicu (trigger) yang akan menghasilkan pikiran dan perasaan yang negatif sehingga memunculkan kemarahan. Pemicu ini diibaratkan seperti sekring atau korek api yang memunculkan kemarahan.Eisenberg dan Delaney yang berpendapat bahwa kemarahan adalah ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi situasi yang membuat frustrasi. Menurut mereka ada tiga penyebab kemarahan: situasi frustrasi, situasi di bawah ancaman, dan ketika realitas tidak sesuai dengan harapannya.

Arslan (2009) menjelaskan bahwa ada tiga dimensi kemarahan yakni fisiologis, sosial kognitif, dan perilaku-reaksi. Dimensi fisiologis kemarahan adalah terkait dengan perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh ketika seseorang mengalami frustrasi atau situasi yang meningkatkan kemarahan. Dimensi sosial-kognitif berkaitan dengan interpretasi kemarahan yang dirasakan dalam individu. Alasan untuk marah, takut, dan kegelisahan tidak terkait dengan peristiwa itu sendiri, melainkan persepsi individu dan bagaimana mereka menafsirkan simbol-simbol dalam pikiran mereka, keyakinan mereka, tanggapandan evaluasi dari peristiwa, dan ide-ide yang dihasilkan dari keyakinan ini, komentar, dan evaluasi. Akhirnya, perilaku-reaksi adalah dimensi kemarahan yang berkaitan dengan ekspresi dari kemarahan apakah dinyatakan atau tidak, dan jika ya, bagaimana ia dinyatakan dan setiap individu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang berbeda.

Bentuk Ekspresi Kemarahan
Menurut Faupel, Herrick & Sharp (2011), ketika berhadapan dengan rasa kemarahan, maka tiap individu akan mengekspresikannya dengan berbagai cara yakni ada marah yang sehat dan marah yang tidak sehat. Kemarahan menjadi reaksi emosi yang wajar apabila mampu diekspresikan dengan cara yang tepat dan efektif. Ketika rasa kemarahan diekspresikan secara efektif dan tepat, hal ini memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dan bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang adaptif. Selain itu, kemarahan yang diekspresikan secara tepat dapat memberikan pembelajaran bagi individu untuk menghargai perasaan dan sudut pandang orang lain.
Burney (2001) menjelaskan ada tiga bentuk ekspresi kemarahan yakni
1.  Kemarahan Reaktif (Reactive Anger)yakni respon marah yang diekspresikan langsung terhadap beberapa peristiwa yang dianggap negatif, mengancam, atau takut terprovokasi. Kemarahan Reaktifditandai dengan kurangnya kemampuan dalam pengolahankognitifmengendalikan amarahdanketerampilan sosial.
2.  Kemarahan intrumental (Instrumental Anger) yakni respon marah yang tidak diekspresikan atau terpendam sehingga menjadi emosi negatif yang memunculkan atau merencanakan pembalasan. Kemarahan Instrumentalsecara internal termotivasi olehbeberapa memori dari provokasi yang terjadi di masa laluOrang yangcenderung memiliki kemarahan instrumental biasanya memiliki riwayatkejahatan dan perilaku antisosialdan remaja yang memiliki sejarah intensifmendapatkan penolakan dari teman atau lingkunganOrang yang memiliki kecenderungan dominan kemarahan instrumental tidak mampu mengekspresikan kemarahannya sehingga cenderung memendamnya ke dalam diri. Laki-laki cenderung melakukan balas dendam dengan menyerang barang tertentu untuk melampiaskan kemarahannya sementara perempuan cenderung melampiaskanya melalui tangisan agar meredakan rasa marahnya. Ketika individu tidak mampu mengelola kemarahan ke dalam (self anger) akan mendatangkan balas dendam untuk melepaskan emosi negatif yang dirasakannya. Respon yang lebih parah dari kemarahan instrumental yang tidak terkelola adalah dapat mengakibatkan sikap kurang asertif, kecanduan, melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri, stress atau depresi (Cavanagh, 2002).
3.  Kemarahan yang terkelola (Anger Control) yakni respon marah yang terkelola sebagai strategi proaktif kognitif atau perilaku dalam menanggapi situasi yang memunculkan kemarahan. Bentuk ekspresi kemarahan ini merupakan ekspresi kemarahan yan tepat karena mampu mengendalikan diri dalam situasi yang membuat tidak nyaman. Orang yang marahnya terkelola cenderung memiliki strategi ketika marahnya datang, bisa dengan melakukan relaksasi pernafasan, sholat atau mengalihkan marah melalui olahraga.


Cara Mengelola Rasa Marah yang Tidak terkendali

Terdapat banyak ragam cara dalam melalukan pengelolaan rasa marah. Banyak orang yang memiliki kebiasaan marah yang tidak terkendali cenderung menyerang dan bersipat agresif terhadap lingkungan. Dan yang paling bahaya adalah ketika orang yang marah tidak terkendali tidak menyadari dirinya untuk berubah. Padahal dampak yang paling parah adalah mengalami depresi yang berakibat pada gangguan emosi yang tidak menentu seperti marah dan sedih tidak menentu berhari-hari sehingga mengakibatkan malas dan tidak punya motivasi hidup. Untuk itu, sangat perlu bagi orang yang memiliki kebiasaan untuk melakukan alternatif bantuan seperti melakukan konseling untuk mengubah kebiasaan buruknya. Berikut beberapa bantuan yang bisa diberikan :

Hipnoterapi
Merupakan terapi yang menggunakan pendekatan hypnosis dalam membantu klien. Dengan menggunakan hipnoterapi, klien dibantu untuk mengubah program pikiran negatif “marah yang tidak terkendali”, kemudian dilatih untuk melakukan sugesti positif yang bisa diaplikasikan dalam hidupnya. Klien yang datang ke klinik hipnoterapi, biasanya merasakan perubahan pikiran dan perasaan menjadi lebih terkendali dan tenang dalam situasi yang membuat tidak nyaman.

Relaksasi Progresif
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan rasa marah adalah dengan melakukan relaksasi progresif. Bantuan ini dilakukan karena mengasumsikan bahwa ketika orang marah, maka mengalami ketegangan pada otot-otot syaraf yang dalam otaknya. Untuk itu, dilakukan relaksasi progresif melalui pernafasan untuk merilekskan otot-otot yang tegang agar menjadi lebih kendur dan tenang.