Selasa, 03 November 2015

Konseling Kepribadian Part 1

                     [πŸ’Œ Belajar Dari Elang πŸ’Œ ]

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu, seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat & tebal, sehingga sangat menyulitkan saat terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan. Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan. Suatu proses transformasi yang panjangnya selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti & tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan.

Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh & cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani & mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.

Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan Andalah sang penguasa atas diri Anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu. Yakinlah Sahabatku Perubahan pasti terjadi...!

(Nailul Authar)

Oleh : Pusat Buku Sunnah

#meraihcitadancinta#
Selamat membaca smoga bermanfaat

Senin, 10 Agustus 2015

Konseling Keluarga Part 2

RENUNGAN SIANG.                                                     KISAH TELUR DAN TEMPE GOSONG

Suatu malam, ibu yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong.

Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang apa reaksi ayah yang pulang kerja pasti sudah capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu, terima kasih ya!". Lalu ayah terus menanyakan kegiatan saya & adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor & tempe yang gosong itu & satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan:
"Sayang, aku suka telor & tempe yang gosong."

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe gosong?"

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya & berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sudah capek. Jadi sepotong telor & tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!"

Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya: "Belajar menerima kesalahan orang lain,  adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi".

Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti.

Tua itu pasti, tapi Dewasa itu Pilihan.

Kamis, 30 Juli 2015

Konseling Keluarga Part 1

Aku milik suamiku dan suamiku milik ibunya

Ditujukan buat para menantu....tetapi lebih ditujukan buat diriku sendiri....

Copas dr teman yg baik hati....

Seburuk apapun mertua.. aku selalu ingat bahwa..
Dia..adalah wanita yg mngandung suamiku dalam kepayahan selama 9bln..
Dia..adalah wanita yg air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku..
Dia..ialah wanita yg mendidik dan membesarkan suamiku, yg mngajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku.

Aku..ga pernah keluar uang sepeserpun untuk nyekolahin suamiku.. hingga ia dapat ijazah, yg sekarang ijazah itu ia gunakan utk mencari nafkah..untuk menafkahi aku!!

Aku..ga sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yg penuh tanggungjawab.. dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.

Setelah pengorbanannya yg bertubi tubi.. anak laki lakinya menikah denganku.. dia bagi kasih sayang anaknya denganku..
Cemburu?? Pasti dia cemburu..aku wanita asing, yg kini selalu disayang2 oleh anak laki lakinya..
Harta anak laki lakinya tercurah untuk kunikmati..padahal ia yg melahirkan..membesarkan dan mendidik..
Aku memahami cemburu itu.. walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku..
Aku bukan malaikat yg ga pernah jengkel dgn mertuaku,, dan mertuaku pun bukan malaikat yg selalu kubela.
Adakalanya aku marah..cemburu dan sakit hati,,
Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku.. jasa yg sampai akhir hayatpun aku ngga akan mampu membayarnya..

Pada ujung tangisku.. terngiang nasehat ibundaku tercinta..
"Nak.. dukunglah suamimu utuk berbakti pada ibunya.. jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya.
Karena.. kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki lakimu..
Apa yg kau lakukan pada mertuamu..akan dilakukan pula oleh menantumu.. segala sesuatu pasti ada timbal baliknya"..

Dan tangisku makin deras..
Oh suamiku.. bahagiakanlah org tuamu semampumu..
Semoga kelak anak2 kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan baktimu pd orang tuamu.

Minggu, 12 Juli 2015

Mengatasi Kecemasan

Memahami Kecemasan dan Cara Mengatasinya


Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stres dan benar-benar dapat bermanfaat dalam beberapa situasiTetapi bagi sebagian orang kecemasan dapat menjadi berlebihan. Orang yang menderita kecemasan menyadari bahwa kecemasan yang mereka alami begitu susah untuk dikendalikan sehinggaberdampak pada kehidupanmereka sehari-hari. Ada berbagai macamgangguan kecemasantermasuk gangguan kecemasan umum (Generalized Anxiety Disorder), gangguan kecemasan sosial (Phobia Social Disorder), gangguanstres pasca-trauma (Post Traumatic Stress Disorder), gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder)dangangguan panik (Panic Disorder). 
Gangguan kecemasan berbeda dariperasaan gugup yang normalGangguan kecemasan yang tidak dibantu dapatmendorong orang untuk menghindarisituasi yang memicu atau memperburukgejala merekaBahkan orang dengangangguan kecemasan cenderungmenderita depresidan cenderung melakukan penyalahgunaan alkohol dan obat lain dalam upaya untuk mengurangi gangguan kecemasan yang mereka rasakanSehingga tentu saja hal ini menyebabkan menurunnya prestasi kerja, produktivitas diri, dan memperburuk hubungan pribadi dengan orang lain.
   
Gejala Gangguan Kecemasan  
Berikut gejala-gejala orang yang mengalami gangguan kecemasan yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) : 
  • Perasaan panik dan ketakutan yang berlebihan 
  • Pikiran obsesif yang tidakterkendali
    Merasakan sesuatu yang nyeriketika mengingat kenangan atau memori yang menyakitkan
  • Mimpi buruk yang berulang-ulang 
  • Gejala fisik seperti rasa sakit perut tiba-tiba ketika berhadapan dengan situasi yang ingin dihindarijantung berdebar-debarmudah terkejut,dan terjadinya ketegangan otot  

Tipe-Tipe Gangguan Kecemasan 

Panic Disorder
Gejala utama dari gangguan panik adalah serangan panik yakni kombinasi tekanan yang terdiri dari tekanan fisik dan psikologis. Selama mengalami gangguan panik, seseorang mengalami beberapa gejala yang terjadi dalam kombinasi diantaranya : 
• Jantung berdebar dengan cepat atau nyeri dada 
• Berkeringat dan gemetar 
• Sesak napas dan merasa tersedak 
• Mual atau sakit perut
• Pusing
• Merasa tidak nyata atau hilang kendali dengan dunia nyata
• Takut kehilangan kontrol, "gila," atau takut mati
• Mati rasa 
• Menggigil 
Karena gejala sangat parah, banyak orang dengan gangguan panik percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung atau lainnya penyakit yang mengancam jiwa. Padahal gangguan panik dapat dibantu dengan menggubakan psikoterapi seperti hipnoterapi, cognitive behavior therapy, dan pendekatan psychotherapy lainnya yang secara penelitian telah terbukti keefektifannya dalam menangani klien yang mengalami gangguan panik. 

Fobia 
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan dan terus-menerus dari objek tertentu, situasi, atau kegiatan. Ketakutan ini menyebabkan penderitaan sehingga orang yang mengalami fobia seringkali menghindari situasi atau peristiwa yang memaksa mereka untuk bertemu dengan ketakutannya. Ada tiga jenis fobia: 

Fobia Spesifik yakni Sebuah ketakutan ekstrim atau berlebihan dari suatu obyek atau situasi yang umumnya tidak berbahaya. Penderita tahu ketakutan mereka berlebihan, tetapi mereka tidak bisa mengatasinya. Contohnya adalah takut terbang atau takut laba-laba. 

Fobia sosial (Social Anxiety) yakni kecemasan yang signifikan dan ketidaknyamanan yang muncul ketika berada dalam situasi sosial atau berada di depan banyak orang. Contoh umum adalah munculnya gangguan kecemasan ketika berbicara di depan umum, bertemu orang-orang, atau menggunakan toilet umum.

Agoraphobia adalah 
jenis fobia dengan ketakutan dasar yang berasal dari perasaan terjebak di tempat umum, saat seseorang akan sulit untuk dapat melarikan diri, dan rasa takut tidak akan tersedianya pertolongan apabila seseorang mengalami serangan panik. Walaupun kebanyakan orang berpikir bahwa Agorafobia adalah ketakutan akan tempat-tempat umum, sekarang dipercaya bahwa Agorafobia berkembang dari komplikasi dari serangan panik.Akibatnya, orang dengan agorafobia membatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa aman, seperti di dalam rumah.
 

Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder)
Orang dengan gangguan kecemasan umum secara langsung mengalamiketegangan parah yang menggangguaktivitas sehari-hariMereka khawatirterus-menerus dan merasa tidak berdayauntuk mengendalikan kekhawatirantersebutSeringkali kekhawatiran merekafokus pada tanggung jawab pekerjaan,kesehatan keluargaatau hal-hal kecil seperti pekerjaan rumahperbaikan mobil,atau janjiMereka mungkin memilikimasalah tidurnyeri otot / ketegangan,dan merasa gemetarlemah danmenderita sakit kepalaOrang dengangangguan kecemasan umum bisa marah dan sering mengalami masalahberkonsentrasi dan bekerja secara efektif.

Faktor yang menyababkan Gangguan Kecemasan
Penyebab gangguan kecemasan saat ini tidak diketahui, meskipun penelitian telah memberikan beberapa petunjuk. Area otak yang mengontrol ketakutan respon mungkin memiliki peran dalam beberapa gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan dapat berjalan dalam keluarga, menunjukkan bahwa kombinasi gen dan tekanan lingkungan dapat menghasilkan gangguan. Akan tetapi beberapa hal yang menjadi perhatian penelitian yang menyebabkan kecemasan diantaranya sebagai berikut :  
  • Peran genetika. Beberapa orang yang memiliki kecenderungan untuk memiliki kepribadian cemas, dapat dipengaruhi dari kepribadian dan pola asuh kedua orang tuanya.
  • Trauma masa kanak-kanak seperti kematian orang tua, mengalami kejadian yang menakutkan dapat membuat Anda lebih rentan terhadap kecemasan ketika Anda menjadi tua.
  • Stres yang terjadi karena mengalami kejadian yang menakutkan. Sebagai contoh, krisis keluarga atau trauma yang terjadi di masyarakat seperti bencana tsunami atau kecelakaan. Kejadian tersebut seringkali memunculkan bekas luka yang membuat orang mengalami kecemasan yang tidak beralasan.

Penanganan Gangguan Kecemasan
Umumnya orang yang mengalami gangguan kecemasan yang mengalami kesulitan dalam mengendalikan dirinya sehingga seringkali dihantui oleh bayangan atau perasaan yang tidak menentu dalam kehidupan sehari-hari.Meskipun masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik sendiri yang uniksebagian besar merespon dengan baik untuk dua jenis pengobatan:psikoterapi dan obat-obatanPerawatan ini dapat diberikan sendiri atau dalam kombinasiPengobatan dapatmemberikan bantuan yang signifikan darigejalatetapi tidak selalu obat lengkap.
Adapun psikoterapi yang secara penelitian terbukti dapat membantu klien mengalami gangguan kecemasan adalah dengan menggunakan pendekatan atau metode hipnoterapi. Hipnosis adalah satu kondisi kesadaran dimana sangat reseptif menerima suatu ide atau sugesti. Dengan memanfaatkan kondisi hipnosis, klien yang mengalami gangguan kecemasan dapat dibantu untuk melepaskan semua emosi negatif yang menghambat dirinya serta dilatih untuk meningkatkan keterampilan dalam mengurangi kecemasan yang berlebihan. Di klinik Hipnoterapi, kami seirngkali banyak menangani klien yang mengalami ketakutan dan kecemasan seperti cemas karena takut kematian, fobia binatang ataupun fobia ketinggian. Banyak klien kami yang berhasil keluar dari masalah kecemasan yang dihadapinya dan mampu melanjutkan hidupnya secara normal seperti biasa kembali.
 Untuk itu, agar gangguan kecemasan yang dirasakan dapat diatasi, akan lebih baik jika penderita segera mencari bantuan profesional seperti konselor, psikolog, psikiater atau hipnoterapis yang memiliki keterampilan dalam membantu mengatasi masalah gangguan kecemasan.

Sabtu, 11 Juli 2015

Menangani Gejala Kejenuhan Kerja

Menangani Gejala Kejenuhan Kerja (Burnout)


Apa itu Burnout ?

Apakah Anda pernah mengalami burnout dalam hidup baik itu ketika Anda belajar, bekerja ataupun dalam kehidupan rumah tangga. Pernahkah Anda merasakan begitu tidak semangatnya Anda ketika melakukan suatu pekerjaan? atau mungkin Anda pernah merasakan tidak mau terlibat secara aktif dalam situasi pekerjaan? Beberapa fenomena di atas sering kali dinamakan dengan burnout. Dalam istilah bahasa Indonesia sering kali diartikan dengan kata “Kejenuhan Kerja”. Burnout adalah suatu kondisi yang menggambarkan terjadinya keletihan yang lama dan menghilangnya ketertarikan terhadap suatu hal.

Burnout terjadi karena adanya intensitas yang kontinuitas terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan yang tidak menghasilkan perubahan. Cherniss (1980) mendefi nisikan burn out sebagai suatu keadaan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi individu atau pekerjaan karena keterlibatan yang intensif dengan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang. Walaupun pada kenyataannya, ketahanan dari setiap individu terhadap tuntutan lingkungan berbeda-beda, namun setiap individu memiliki peluang yang sama besar mengalami burnout.

Dengan kata lain, burnout dapat diartikan kondisi emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat tuntutan pekerjaan yang meningkat. Dampak psikis dari kelelahan fisik tersebut akan berdampak pada terhambatnya pencapaian prestasi individu secara personal, akademik, sosial atau professional. Orang yang mengalami kejenuhan (burnout) menunjukkan kelelahan fisik, mental, sikap dan emosi dalam rentang waktu tertentu, karena keterlibatan yang intensif dengan tugas-tugas yang tidak menghasilkan prestasi yang semakin baik. Dampak dari burnout adalah menurunnya produktivitas kerja dari seseorang. Dengan kata lain, potensi yang dimilikinya terhambat. Selain itu, bentuk resistansi terhadap pekerjaan mengakibatkan produktivitas diri menjadi tidak efektif dan membuat tidak kondusifnya iklim emosional di tempat kerja. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan mengakibatkan terjadinya keletihan secara fisik, mental dan emosional.  Teori kejenuhan (burnout) yang dΔ³ elaskan oleh Maslach & Jackson (1997) menjelaskan bahwa ada tiga dimensi burnout yang menggambarkan fenomena burnout secara menyeluruh yakni keletihan emosi (emotional exhaustion), sinisme (cynism) dan menurunnya keyakinan diri (reduce personal efficacy). Secara garis besar deksripsi komponen kejenuhan adalah sebagai berikut:

1)  Keletihan Emosi (Emotional Exhaustion)
Keletihan emosi akibat kejenuhan ditandai dengan sikap mudah menyerah, lelah dan lesu tanpa gairah bekerja. Keletihan emosi mengakibatkan individu menjadi tidak semangat bekerja dan merasa energinya terkuras habis, tanpa mendapatkan hal yang penting untuk dirinya. Individu yang mengalami kejenuhan akan merasa energinya habis secara emosi, mudah putus asa dan frustrasi (Maslach & Jackson, 1997). 

2)  Sinisme (Depersonalization)
Sinisme sering kali disebut depersonalisasi, gejala kejenuhan dalam bentuk sinisme membuat individu tidak nyaman berada di dalam lingkungan kerja maupun mengikuti aktivitas bekerja. Maslach et al (1997) menjelaskan bahwa komponen kejenuhan dalam bentuk sinisme ini muncul dalam bentuk perasaan sinis, dingin dan menjaga jarak. Artinya individu menunjukkan perilaku mekanisme pertahanan diri terhadap tuntutan dan beban pekerjaan yang dipikulnya. Bentuk perilaku sinisme yang sering kali muncul pada seseorang yang mengalami kejenuhan kerja, yakni seperti bolos bekerja, marah-marah, tidak produktif dalam bekerja, dan sering kali berpikiran negatif terhadap atasan serta kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang digeluti.

3)  Menurunnya keyakinan diri (Reduce Personal Efficacy)
Individu yang mengalami keyakinan diri yang tinggi sangat rendah mengalami kejenuhan sementara individu yang mengalami kejenuhan memiliki masalah dengan rasa percaya diri, keyakinan terhadap kemampuannya sehinnga membuat mereka stres dan tertekan. Karakteristik individu yang menderita karena menurunnya keyakinan diri yakni merasa menjadi orang yang tidak bahagia dan malang, tidak puas terhadap hasil pekerjaan yang didapatkannya, merasa tidak kompeten, rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak berprestasi.


Ketika seseorang mengalami kejenuhan kerja (Burnout), maka produktivitas kerja akan semakin menurun dan hilangnya konsentrasi fokus kerja yang menyebabkan orang tersebut merasakan keletihan secara emosi dan akhirnya melakukan penghindaran terhadap situasi kerja atau tugas yang semestinya dia lakukan. Untuk itu, jika anda mengalamiBurnout, perlu segera mencari bantuan profesional seperti Konselor atau Psikolog yang mampu membantu anda menurunkan kejenuhan (Burnout) yang dirasakan.
Banyak pendekatan yang bisa dilakukan dalam melakukan intervensi Burnout diantaranya menggunakan pendekatan Hipnoterapi. Pendekatan Hipnoterapi yang biasa dilakukan di klinik hipnoterapi dalam membantu orang yang mengalami kejenuhan adalah dengan melakukan strategi modifikasi dalam pikiran bawah sadar. Hal ini bertujuan untuk mengubah keyakinan yang salah atau program pikiran yang keliru sehingga klien mengubah cara berpikirnya secara tepat terhadap situasi yang memunculkan situasi jenuh. Setelah itu, klien akan merasakan pikiran baru yang begitu segar dan jernih sehingga siap memulai aktifitasnya dengan penuh semangat.

Jumat, 10 Juli 2015

Mengelola Kemarahan

Mengelola Kemarahan (Anger Mangement)



Pada dasarnya marah merupakan salah satu emosi dasar yang dimiliki oleh manusia, yang mana suatu situasi diterima sebagai hal yang sangat negatif dan kemudian menyalahkan orang lain akan kejadian negatif yang dialami oleh individu yang bersangkutan. Menurut kamus Oxford Dictionary, marah (Anger) didefinisikan sebagai ‘Displeasure Extreme’ yang dapat diartikan sebagai perasaan tidak nyaman yang ekstrim atau berlebihan terhadap situasi yang dinilai tidak menyenangkan. DiGiuseppe dan Tafrate (2007) menjelaskan bahwa kemarahan (anger) merupakan perasaan internal, mental dan subjektif yang diasosiasikan dengan perubahan kognisi dan psikologis pada seseorang. Sedangkan menurut Spielberger (2010) kemarahan merupakan keadaan emosional yang mempengaruhi perasaan dan bervariasi dari yang tingkat mengganggunya ringan sampai kepadaberat, serta dihubungkan dengan perubahan pada sistem syaraf. Spielberger berpendapat bahwa kemarahan ada dua jenis yakni sipat (trait) dan kondisi (state). Kemarahan sipat berkaitan dengan kepribadian seseorang yang muncul karena situasi yang frustrasi. Sementara marah kondisi muncul akibat dari situasi yang tidak berdaya sehingga individu mengalami kecenderungan untuk mengekspresikan kemarahan yang dirasakannya.

Novaco (2010) menjelaskan kemarahan sebagai emosi negatif yang merupakan hasil dari pengalaman subjektif seseorang terhadap orang lain atau terhadap suatu situasi yang dipersepsikan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan. Kemarahan melibatkan beberapa komponen yakni komponen kognitif, somatik-afektif dan perilaku. Untuk lebih mudah dalam memahami kemarahan, Novaco menjelaskannya dengan konsep “Anger as Firework” yakni kemarahan dapat dianalogikan seperti sebuah kembang api. Novaco menjelaskan bahwa kemarahan timbul  karena ada suatu pemicu (trigger) yang akan menghasilkan pikiran dan perasaan yang negatif sehingga memunculkan kemarahan. Pemicu ini diibaratkan seperti sekring atau korek api yang memunculkan kemarahan.Eisenberg dan Delaney yang berpendapat bahwa kemarahan adalah ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi situasi yang membuat frustrasi. Menurut mereka ada tiga penyebab kemarahan: situasi frustrasi, situasi di bawah ancaman, dan ketika realitas tidak sesuai dengan harapannya.

Arslan (2009) menjelaskan bahwa ada tiga dimensi kemarahan yakni fisiologis, sosial kognitif, dan perilaku-reaksi. Dimensi fisiologis kemarahan adalah terkait dengan perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh ketika seseorang mengalami frustrasi atau situasi yang meningkatkan kemarahan. Dimensi sosial-kognitif berkaitan dengan interpretasi kemarahan yang dirasakan dalam individu. Alasan untuk marah, takut, dan kegelisahan tidak terkait dengan peristiwa itu sendiri, melainkan persepsi individu dan bagaimana mereka menafsirkan simbol-simbol dalam pikiran mereka, keyakinan mereka, tanggapandan evaluasi dari peristiwa, dan ide-ide yang dihasilkan dari keyakinan ini, komentar, dan evaluasi. Akhirnya, perilaku-reaksi adalah dimensi kemarahan yang berkaitan dengan ekspresi dari kemarahan apakah dinyatakan atau tidak, dan jika ya, bagaimana ia dinyatakan dan setiap individu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang berbeda.

Bentuk Ekspresi Kemarahan
Menurut Faupel, Herrick & Sharp (2011), ketika berhadapan dengan rasa kemarahan, maka tiap individu akan mengekspresikannya dengan berbagai cara yakni ada marah yang sehat dan marah yang tidak sehat. Kemarahan menjadi reaksi emosi yang wajar apabila mampu diekspresikan dengan cara yang tepat dan efektif. Ketika rasa kemarahan diekspresikan secara efektif dan tepat, hal ini memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dan bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang adaptif. Selain itu, kemarahan yang diekspresikan secara tepat dapat memberikan pembelajaran bagi individu untuk menghargai perasaan dan sudut pandang orang lain.
Burney (2001) menjelaskan ada tiga bentuk ekspresi kemarahan yakni
1.  Kemarahan Reaktif (Reactive Anger)yakni respon marah yang diekspresikan langsung terhadap beberapa peristiwa yang dianggap negatif, mengancam, atau takut terprovokasi. Kemarahan Reaktifditandai dengan kurangnya kemampuan dalam pengolahankognitifmengendalikan amarahdanketerampilan sosial.
2.  Kemarahan intrumental (Instrumental Anger) yakni respon marah yang tidak diekspresikan atau terpendam sehingga menjadi emosi negatif yang memunculkan atau merencanakan pembalasan. Kemarahan Instrumentalsecara internal termotivasi olehbeberapa memori dari provokasi yang terjadi di masa laluOrang yangcenderung memiliki kemarahan instrumental biasanya memiliki riwayatkejahatan dan perilaku antisosialdan remaja yang memiliki sejarah intensifmendapatkan penolakan dari teman atau lingkunganOrang yang memiliki kecenderungan dominan kemarahan instrumental tidak mampu mengekspresikan kemarahannya sehingga cenderung memendamnya ke dalam diri. Laki-laki cenderung melakukan balas dendam dengan menyerang barang tertentu untuk melampiaskan kemarahannya sementara perempuan cenderung melampiaskanya melalui tangisan agar meredakan rasa marahnya. Ketika individu tidak mampu mengelola kemarahan ke dalam (self anger) akan mendatangkan balas dendam untuk melepaskan emosi negatif yang dirasakannya. Respon yang lebih parah dari kemarahan instrumental yang tidak terkelola adalah dapat mengakibatkan sikap kurang asertif, kecanduan, melakukan perilaku yang merugikan diri sendiri, stress atau depresi (Cavanagh, 2002).
3.  Kemarahan yang terkelola (Anger Control) yakni respon marah yang terkelola sebagai strategi proaktif kognitif atau perilaku dalam menanggapi situasi yang memunculkan kemarahan. Bentuk ekspresi kemarahan ini merupakan ekspresi kemarahan yan tepat karena mampu mengendalikan diri dalam situasi yang membuat tidak nyaman. Orang yang marahnya terkelola cenderung memiliki strategi ketika marahnya datang, bisa dengan melakukan relaksasi pernafasan, sholat atau mengalihkan marah melalui olahraga.


Cara Mengelola Rasa Marah yang Tidak terkendali

Terdapat banyak ragam cara dalam melalukan pengelolaan rasa marah. Banyak orang yang memiliki kebiasaan marah yang tidak terkendali cenderung menyerang dan bersipat agresif terhadap lingkungan. Dan yang paling bahaya adalah ketika orang yang marah tidak terkendali tidak menyadari dirinya untuk berubah. Padahal dampak yang paling parah adalah mengalami depresi yang berakibat pada gangguan emosi yang tidak menentu seperti marah dan sedih tidak menentu berhari-hari sehingga mengakibatkan malas dan tidak punya motivasi hidup. Untuk itu, sangat perlu bagi orang yang memiliki kebiasaan untuk melakukan alternatif bantuan seperti melakukan konseling untuk mengubah kebiasaan buruknya. Berikut beberapa bantuan yang bisa diberikan :

Hipnoterapi
Merupakan terapi yang menggunakan pendekatan hypnosis dalam membantu klien. Dengan menggunakan hipnoterapi, klien dibantu untuk mengubah program pikiran negatif “marah yang tidak terkendali”, kemudian dilatih untuk melakukan sugesti positif yang bisa diaplikasikan dalam hidupnya. Klien yang datang ke klinik hipnoterapi, biasanya merasakan perubahan pikiran dan perasaan menjadi lebih terkendali dan tenang dalam situasi yang membuat tidak nyaman.

Relaksasi Progresif
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengendalikan rasa marah adalah dengan melakukan relaksasi progresif. Bantuan ini dilakukan karena mengasumsikan bahwa ketika orang marah, maka mengalami ketegangan pada otot-otot syaraf yang dalam otaknya. Untuk itu, dilakukan relaksasi progresif melalui pernafasan untuk merilekskan otot-otot yang tegang agar menjadi lebih kendur dan tenang.

Minggu, 17 Mei 2015

TI dalam BK

DESAIN TAMPILAN BIMBINGAN

TUGAS
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi dalam Bimbingan Konseling
Dosen: Muwakhidah, S.Pd., M.Pd.

Description: D:\fd\Local Disk D buatan\makalah p.zainal\UNIPA.jpg

Disusun Oleh :
Nurliana Dewi        11-500-0050



UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2015



DESAIN TAMPILAN BIMBINGAN

1.      Bidang Bimbingan                  : Pribadi dan Sosial
2.      Tema                                       : Gangguan Identitas Gender (Sex Educations)
3.      Tujuan                                    
a.      Tujuan Umum                   : Memiliki kemampuan dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial
b.      Tujuan Khusus                 : Membantu siswa agar dapat mengenal individu yang mengalami gangguan identitas gender dengan dapat menyebutkan ciri-ciri individu yang mengalami gangguan identitas gender, penyebab, dampak dan bagaimana perilaku individu yang mengalami gangguan identitas gender.
4.      Sasaran                                   : Siswa kelas VIII SMP
5.      Indikator                                 :
a.      Kognitif     :
·        Menjelaskan pengertian individu gangguan identitas gender.
·        Menyebutkan 3 ciri-ciri individu yang mengalami gangguan identitas gender
·        Menyebutkan 3 penyebab individu yang mengalami gangguan identitas gender
·        Menyebutkan 3 dampak apabila mengalami gangguan identitas gender
b.      Proses       :
·        Menyimak power point dan video
·        Dapat mengidentifikasi perilaku individu yang mengalami gangguan identitas gender
c.       Afektif      :
Jujur, tanggung jawab, disiplin, tegas, berani.
d.      Keterampilan Sosial :
Melakukan komunikasi meliputi presentasi, bertanya, berpendapat, kerjasama dan menjadi pendengar yang baik.



6.      Menyusun materi                  
a.      Langkah 1                                    :  siswa diarahkan untuk mengerti tentang individu yang mengalami gangguan identitas gender dengan mengarahkan siswa untuk menangkap setiap kejadian yang telah mereka alami di lingkungan sekitar mereka.
b.      Langkah 2                                    : siswa diarahkan untuk menyebutkan ciri, penyebab, dampak dan mengidentifikasi perilaku individu yang mengalami gangguan identitas gender.

7.      Daftar Pustaka : Nevid, Jeffrey. 2005. Psikologi Abnormal jilid 2. Jakarta: Erlangga.
8.      Alamat Blog   : nurlianadewi.blogspot.com


Materi:
Gangguan Identitas Gender adalah suatu gangguan dimana individu percaya bahwa anatomi gendernya tidak konsisten dengan identitas gendernya. Identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah seorang pria atau wanita.

Ciri-ciri individu yang mengalami gangguan identitas:
1. Sering berperilaku sebagai anggota gender lain
2. Berharap untuk hidup sebagai bagian dari gender lain
3. Perasaan tidak nyaman yang kuat dengan anatomi gendernya
4. Tidak ada kondisi inter-sex seperti anatomi seksual yang ambigu, yang mungkin membangkitkan perasaan tersebut
5. Identifikasi yang kuat terhadap gender lain.

Dampaknya:
1. Akan dikucilkan oleh orang-orang di lingkungan sekitar
2. Menjadi individu yang terisolir dari lingkungan sekitar jika individu tersebut tidak mudah untuk beradaptasi

Penyebabnya:
Sumber distress yang terus menerus dan intensif.


Kamis, 14 Mei 2015

Nilai-Nilai Kehidupan Part 8

Selamat membaca...
Semoga bermanfaat

Nilai-Nilai Kehidupan


πŸ™KUWAIT – Anak kecil berusia 7 tahun ini namanya Rasyad. Ia putera tunggal seorang miliuner Kuwait. Saat ia terbaring di rumah sakit selama 23 hari opname, ia tidak ditemani ayah bundanya yang sibuk dengan pekerjaannya.

Pada hari ke-23, ayah bundanya datang menjenguk dan meminta maaf karena tak sempat mendampinginya. Mereka menghiburnya sambil berkata, “Ayah bunda sibuk untuk mempersiapkan masa depanmu sayang.”

Ayah bundanya menunjukkan foto-foto proyek dan rumah yang tengah dibangunnya untuk dirinya kelak, selain rumah yang tengah di tempatinya sekarang.

Rasyad tersenyum dan bertanya, “Siapa yang bisa menjamin hari esok saya masih hidup ayah bunda? Siapa yang menjamin semua yang ayah bunda miliki saat ini adalah untukku? Dan apa manfaat semua yang ayah bunda miliki, tapi tak ditempati?”

Anak yang baru duduk di kelas Madrasah lbtida’iyah ini pun akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan senyuman yang betul-betul “memukul” hati kedua orang tuanya.

Apa yang terjadi pada orang tuanya selepas wafatnya ananda tercinta merupakan kisah yang tak kalah mengharukan.

Setelah anak kecil itu dikuburkan, rumah tangga menjadi senyap, sesekali terdengar isak tangis kesedihan bercampur penyesalan. Kesedihan mendalam memang seringkali ditandai dengan diam, walau tak jarang juga ditandai dengan teriakan umpatan kesedihan atau jeritan duka.

Hari-hari berlalu dengan evaluasi kehidupan pasangan ini. Sayangnya, evaluasi yang dilakukan bukan didasarkan pada kedewasaan pikir dan kematangan emosi.

Si suami menyalahkan si istri yang ikut-ikutan berkarier sehingga melupakan tugas utama seorang ibu yang menjadi “taman surga” bagi anaknya. Sementara si istri menyalahkan suami yang setiap hari bicaranya hanya soal duit, duit dan duit. Pertengkaran pun memuncak, si suami menjatuhkan talak satu untuknya.

Si istri menjerit dan membanting semua yang ada di sekitarnya, termasuk foto keluarga yang ada di sampingnya. Foto itu adalah foto dirinya, suaminya, dan anaknya yang sedang tersenyum di suatu taman yang pernah dikunjunginya. Foto yang baru saja dipasang satu bulan sebelum Rasyad masuk rumah sakit.

Foto itu dilemparkan, kacanya pecah berserakan dan sebagian mengenai wajah sang suami.

Tak sengaja, di balik foto itu ada tulisan anaknya, berbunyi: “Ayah bunda, semoga kita bertiga senantiasa menyatu sampai di akhirat kelak.”

Suami istri ini terdiam, lama saling memandang, dan akhirnya terlarut dalam tangisan jiwa yang mendalam. Mereka pun saling mendekat, kemudian saling merangkul. Suaminya berbisik: “Kita tidak boleh berpisah. Kita harus bersatu selalu, dengan anak kita, sampai ajal menjemput kelak.”

Setelah mereka rujuk, ada perubahan mendasar dalam kehidupan mereka. Perubahan yang secara tiba-tiba karena suatu peristiwa luar biasa yang menyentuh diri sehingga menjadi landasan pacu titik balik kehidupan, yang dalam psikologi disebut dengan epifani.

Konsep kehidupannya yang awalnya adalah kerja, kerja, dan kerja berubah menjadi ibadah, ibadah, dan kerja. Sejak saat itu definisi hidupnya berubah dari “having mood” menjadi “being mood.”

Having mood adalah perasaan bangga karena memiliki walau tidak bisa menikmati dan memanfaatkan, sementara being mood adalah merasa bangga dan bersyukur dengan apa yang dijalani walau tak banyak yang dia miliki.

Orang yang punya 10 mobil, tapi yang digunakan hanya satu saja dan merasa nyaman dengan kepemilikan itu padahal tidak digunakannya maka ia terjangkit penyakit “having mood.”

Sementara mereka yang tidak punya mobil, tapi menikmati hari-harinya dengan naik taksi atau mobil angkutan umum lainnya maka ia tipe orang bahagia dengan “being mood.” Kita masuk yang mana?

Orang tua Rasyad ini kemudian mewakafkan beberapa rumah dan cottage yang dimilikinya untuk menjadi madrasah dan pusat kegiatan agama yang diberi nama Rasyad Foundation. Wallaahu a’lam bish shawwab.πŸ’œ

Selamat malam dan "Being Mood"

Semoga bermanfaat..
Salam Konselor Indonesia..
#Meraih Cita dan Cinta#

Selasa, 05 Mei 2015

Nilai-Nilai Kehidulan Part 7

Selamat membaca..
Semoga bermanfaat..

pernah dengar istilah ANTIJA?

Mungkin anda asing mendengar ini, sy pun demikian.

ANTIJA merupakan singkatan dari Anak Ta Nijampangi (Makassar) atau dalam bahasa Indonesia berarti anak yang tak mendapat perhatian..

Istilah ini sy dengar dari seorang Kepala sekolah di Kota Makassar yg tidak habis pikir dengan sikap dari orang tua salah seorang siswa saat UN beberapa waktu yang lalu. Kejadiannya saat sang siswa tidak hadir pada Hari ke 2 pelaksanaan UN, karena besarnya kepedulian Sang Guru akhirnya beliau berinisiatif menjemput si anak si rumahnya agar tetap bisa ikut UN. Namun sayang saat tiba di rumahnya dan ditanyakan ke orang tuanya dimana sang Anak, dengan santainya sang orang tua menjawab "SAYA JUGA TIDAK TAHU SEMALAM DIA BERMALAM DIMANA" Subahanllah..

Orang tua macam apa ini. Yang tidak tahu dimana keberadaan anaknya. Bisa dibayangkan kalau ribuan orang tua bersikap demikian kepada anaknya. Sama sekali tidak punya kepedulian yang besar pada Anaknya. Dimana anaknya? Sedang apa anaknya ? Dan bersama siapa anaknya ?

Ayah dan Bunda, Sekolah itu penting untuk anak agar mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Tapi perlu diingat juga bahwa pendidikan paling utama itu didapatkan anak di rumah. Sangat keliru kalau Ayah dan Bunda berpikir bahwa sekolah adalah wadah pendidikan utama dan mengabaikan peran rumah yang begitu penting.

Ayah dan Bunda, andalah aktor utama pendidikan untuk sang Buah Hati..

Selamat membaca..
Semoga bermanfaat..
Salam konselor Indonesia
#Meraih Cita dan Cinta#

Minggu, 03 Mei 2015

Pendekatan Gestalt

PENDEKATAN GESTALT

Oleh: Boy Soedarmadji

Selamat membaca... Semoga bermanfaat 


Frederick Perls (1893-1970) adalah pendiri pendekatan konseling Gestalt. Frederick dilahirkan di Berlin dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa mudanya adalahmasa masa-masa yang penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber masalah dalam keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas tujuh, Frederick sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah karena dia memiliki masalah dengan gurunya.

Walaupun di masa mudanya Frederick memiliki masalah dengan pendidikan, tetapi dia dapat menyelesaikan sarjananya, dan pada tahun 1916 dia bergabung dengan angkatan darat Jerman pada PD I.
Proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura (Lore) Posner (1905-1990). Dia adalah isteri Frederick perls yang secara signifikan turut mengembangkan teori Gestalt. Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awal mulanya dia adalah seorang pianis sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura juga seorang pengikut aliran Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk mendalami teori-teori Gestalt. Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk mengembangkan teori Gestalt, hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah. Pada tahun 1952, mereka mendirikan New York Institute for Gestalt Therapy.
Pandangan tentang manusia
Walaupun pada awalnya Frederick merupakan pengikut aliran psikoanalisa, tetapi dalam perkembangannya, teori Gestal banyak bertentangan dengan teori Sigmund Freud. Jika Psikoanalisa memandang manusia secara mekanistik, maka Frederick memandang manusia secara holistic. Freud memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik (intrapsychic conflict) awal masa anak-anak yang ditekan, maka Frederick memandang manusia pada situasi saat ini. Sehingga Gestalt lebih menekankan pada pada apa yang dialami oleh konseli saat ini daripada hal-hal yang pernah dialamai oleh konseli, dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku, berpikiran dan merasakan pada situasi saat ini (here and now) sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa konseli berperilaku seperti itu.
Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness) konseli terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan akan muncul secara otomatis.
Pendekatan Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan begitu, konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present) dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseli.
Gestalt meyakini bahwa konseli adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri serta mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal ini membuat pendekatan Gestalt memiliki dua agenda besar dalam proses konseling yaitu, a) menggerakkan konseli untuk berubah dari environmental support ke self-support dan b) integrasi ulang terhadap bagian-bagian kepribadian yang tidak dimiliki (reintegrating the disowned parts of personality).
Agenda sebagaimana disebut di atas berpengaruh terhadap proses konseling yang akan dilakukan oleh konselor. Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus, konselor tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseli berhubungan dengan lingkungan secara saling ketergantungan (interdependence). Hal ini mengarahkan konselor untuk menekankan proses dialog selama proses konseling. Pendekatan ini akan menciptakan kontak yang spontan yang pada akhirnya berujung pada bagaimana konselor dan konseli memahami proses konseling itu sendiri (moment-to-moment experience).
Salah satu pemikiran penting dari teori Gestalt adalah memandang individu sebagai agen yang dapat melakukan regulasi diri (self-regulate). Pengontrolan diri akan muncul jika individu secara sadar memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Proses terapi hanya akan memfasilitasi bagaimana kesadaran itu muncul dan bagaimana kesadaran tersebut berinteraksi dalam proses konseling.
Yontef (1993) menyatakan secara eksplisit bahwa, “In Gestalt therapy there are no "shoulds." Instead of emphasizing what should be, Gestalt therapy stresses awareness of what is. What is, is. This contrasts with any therapist who "knows" what the patient "should" do”.
Pola pikir di atas menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konseli akan berusaha mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab Gestalt yakin bahwa permasalahan tidak akan selesai jika konseli masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai jika konseli secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling, konseli akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa.

Prinsip Teori Gestalt
Dalam terapi Gestalt, pengalaman menyeluruh (pikiran, perasaan dan sensasi tubuh) dari individu menjadi perhatian yang sangat penting. Pendekatannya lebih dipusatkan pada kondisi di sini dan saat ini (here and now) yaitu menyadari apa yang terjadi dari waktu ke waktu (moment by moment).

Holism keseluruhan merupakan teori Gestalt yang utama. Gestalt tidak memandang manusia bagian perbagian. Manusia tidak bisa hanya diketahui dari komponen fisiknya saja, atau dari komponen psikisnya saja. Tetapi mengenal manusia harus dilakukan secara komprehensif, yaitu dari sisi psikis dan fisiknya. Selain itu, mengenal manusia tidak didasarkan pada diri individu itu saja, tetapi terintegrasi dengan lingkungan di mana individu tersebut berada. Perls (dalam Brownell, 2003) menyatakan bahwa holism dideskripsikan sebagai suatu keseluruhan bentuk kesadaran manusia yang meliputi respon motorik, respon perasaan, respon pikiran yang dimiliki oleh organisme.

Field Theory adalah teori Gestalt yang menyatakan bahwa mengenal manusia harus dilihat pula lingkungan di mana manusia itu berada. Dengan demikian, konselor akan memberikan perhatian lebih kepada konseli terhadap interaksinya dengan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat, tempat kerja). Dengan kata lain, bahwa field theory merupakan suatu metode untuk mendeskripsikan keseluruhan medan (field) yang dialami oleh konseli. pada saat ini. Hal ini lebih daripada hanya sekedar menganalisis kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam hubungannya dengan lingkungan (Yontef, 1993).

The Figure-Formation Process dideskripsikan sebagai usaha individu untuk melakukan pengorganisasian atau memanipulasi lingkungannya dari waktu ke waktu.

Organismic Self-Regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang berusaha dengan keras untuk menjaga keseimbangan yang secara terus menerus diganggu oleh kebutuhan-kebutuhan. Jika usaha untuk menjaga keseimbangan ini berjalan dengan baik maka mereka akann kembali ke dalam posisi utuh. Pada dasarnya manusia memiliki kekuatan yang secara alami akan mengarahkan mereka untuk melakukan proses penyeimbangan dalam dirinya. Proses penyeimbangan ini berbentuk proses asimilasi, mengakomodasi perubahan atau menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Masalah seringkali muncul saat seseorang berusaha untuk melakukan pemutusan kontak (interruption contacts).

Saat Ini (The Now)
Dalam pendekatan Gestalt, situasi saat ini merupakan hal yang sangat penting (the most significant tense). Sehingga dalam proses konseling, konseli akan diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini. Gestalt tidak akan mencari tahu apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi lebih pada mendorong konseli untuk membicarakan saat ini. Pemusatan pada masa lalu akan menjadi jalan bagi konseli untuk menghindari masalahnya. Joel dan Edwin (1992) menyatakan ”What does this mean, "present centered"? In essence, it means that what is important is what is actual, not what is potential or what is past, but what is here, now”.
Untuk membantu konseli memahami keadaan saat ini, maka konselor dapat membantu dengan memberikan kata tanya “Apa” dan “Bagaimana”, dengan demikian, kata tanya “Mengapa” adalah kata tanya yang sangat jarang dipergunakan (Zimberoff dan Hartman, 2003). Bahkan, seringkali konselor memotong pembicaraan konseli, jika konseli mulai berkutat dengan masa lalunya. Konselor akan memotong pembicaraan konseli dengan pernyataan seperti, ”Apa yang kamu rasakan pada saat kakimu bergoyang saat bicara?’ atau ”Dapatkah kamu merasakan tekanan suaramu? Tidakkah kamu merasa ketakutan?” Usaha konselor ini adalah untuk mengembalikan kesadaran konseli saat ini.
Konselor Gestalt meyakini bahwa pengalaman masa lalu, seringkali mempengaruhi keadaan konseli saat ini, terlebih jika pengalaman masa lalu memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian atau masalah yang dimiliki oleh konseli. Di lain pihak, karena (mungkin) ketakutannya untuk menyelesaikan masalah, maka konseli cenderun untuk secara terus menerus membicarakan masa lalunya. Untuk mengatasi masalah ini, maka konselor dapat mengajak konseli untuk kembali ke saat ini dengan cara “membawa fantasinya ke saat ini” dan mencoba untuk mengajak konseli untuk melepaskan keinginannya. Sebagai contoh, seorang anak memiliki trauma dengan perilaku ayahnya. Konselor tidak mengajak konseli untuk membicarakan apa yang telah terjadi, tetapi lebih mengajak konseli untuk merasakan saat ini dan berorientasi pada pada apa yang ingin dilakukan (semisal, berbicara dengan ayahnya).

Urusan yang Belum Selesai (Unfinished Bussines)

Individu seringkali mengalami masalah dengan orang lain di masa lalu. Menurut Gestalt, masalah masa lalu yang belum terselesaikan atau terpecahkan disebut dengan Unfinished Bussiness yang dapat dimanifestasikan dengan munculnya kemarahan (resentment), amukan (rage), kebencian (hatred), rasa sakit (pain), cemas (anxiety), duka cita (grief), rasa bersalah (guild) dan perilaku menunda (abandonment).
Polster (dalam Corey, 2005) menyatakan bahwa beberapa bentuk perilaku akibat unfinished bussines adalah seseorang akan asyik dengan dirinya sendiri, memaksa orang lain untuk menuruti kehendaknya, bentuk-bentuk perilaku yang menempatkan dirinya sebagai orang kalah, bahkan seringkali muncul simptom-simptom penyakit fisik.
Sebagai contoh ada seorang mahasiswa yang menganggap bahwa semua perempuan itu tidak baik. Perilaku mahasiswa ini cenderung untuk menjauhi perempuan. Diketahui bahwa masa lalu mahasiswa ini mengalami perlakuan yang buruk dari ibunya sewaktu berusia sekolah dasar (unfinished bussines). Pendekatan Gestalt tidak berorientasi pada masa lalu atau berusaha untuk mengorek perilaku orang tua yang menyebabkan dia berperilaku menjauhi perempuan. Sebab, jika itu dilakukan, maka mahasiswa ini akan berusaha untuk meraih masa lalunya yang hilang, dan dia akan berpikir menjadi anak kecil. Ini adalah proses yang tidak produktif. Konselor Gestalt akan berusaha untuk membantu mahasiswa ini merasakan apa yang terjadi saat ini. Konselor akan menfasilitasi mahasiswa ini untuk menunjukkan situasi yang terjadi saat ini. Mahasiswa dibantu untuk menyadari bahwa perilakunya tidak produktif dan kemudian mencari perilaku-perilaku yang lebih produktif.

Contact & Resisstance to Contact
Hal terpenting dalam kehidupan manusia adalah malakukan kontak atau bertemu dengan orang lain di sekitar. Kirchner (2008) menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan kontak secara efektif dengan orang lain, dengan kemampuan itu, maka individu akan dapat bertahan hidup dan tumbuh semakin matang. Semua kontak yang dilakukan oleh individu memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berujung pada bagaimana individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Perls menyatakan bahwa proses kontak dilakukan dengan cara melihat, mendengar, membau, meraba dan pergerakan. Lebih lanjut, Gestalt Institute of Cleveland (dalam Krichner, 2000) menunjukkan bahwa proses kontak terjadi karena tujuh tingkatan yaitu (a) sensation, (b) awareness, (c) mobilization of energy, (d) action, (e) contact, (f) resolution and closure, dan (7) withdrawal.
Proses kontak individu dengan individu lain seringkali mengalami masalah. Masalah ini seringkali muncul karena konseli cenderung untuk menghindari kontak dengan keadaan saat ini dan orang lain. Krichner (2000) menyatakan ada empat hal yang menjadi masalah konseli yaitu confluence, introjection, projection, dan retroflection

Energy & Blocks to Energy
Pendekatan Gestalt memperhatikan energy yang dimiliki oleh individu. Dimana teori ini berkeyakinan bahwa untuk bisa menyelesaikan masalahnya, maka seseorang akan mengeluarkan energy. Penutupan energy ini akan tampak pada keadaan fisik seseorang. Seseorang yang tidak bisa mengeluarkan energinya, seringkali ditampakkan dengan perilaku non verbal seperti, bernapas pendek-pendek, tidak focus dengan lawan bicara, berbicara dengan suara tertahan, perhatian yang minimal terhadap sebuah obyek, duduk dengan kaki tertutup, posisi duduk yang cenderung menjauhi lawan bicara dan lain sebagainya. Sebagai contoh, seseorang yang pada saat ini ingin marah, tetapi tertahan, maka tubuhnya akan mereaksi penahaman marah (sebagai upaya pelepasan energy) dengan bentuk-bentuk seperti napas tersengal-sengal.
Dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu kondisi pelepasan energy yang dimiliki oleh konseli. Pada awalnya konseli diajak untuk mengenal perasaannya saat ini, dan kemudian membantu untuk melepaskan energi yang tertahan tersebut.
Referensi:

Brownell, Philip. 2003. Gestalt Global’s, Gestalt Therapy Construct Library, Construct from “G” through “P”. phil@g-gej.org, diakses tanggal 31 Januari 2008.
Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (7th ed). Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Cottone, Rocco. 1992. Theories and Paradigms of Counseling and Psychotherapy. Boston: Allyn and Bacon.
Higgins, Jude. 2008. What is Gestalt therapy? www.psychotherapybristol.co.uk diakses tanggal 31 Desember 2008.
Joel, Latner., Edwin, Nevis. 1992. The Theory of Gestalt Therapy. Gestalt Institute of Cleveland (GIC) Press.
Kirchner, Maria. 2000. Gestalt Therapy Theory: An Overview. www.newyorkgestalt.org, diakses tanggal 31 Desember 2008.
Wikipedia. 2008. Gestalt Therapy. http://en.wikipedia.org/wiki/Gestalt_ therapy, diakses tanggal 31 Desember 2008.
Yontef, Gary. 1993. Gestalt Therapy: An Introduction. www.gjpstore.com, diakses tanggal 31 Desember 2008.
Zimberoff, Dianne., Hartman, David. 2003. Gestalt Therapy and Heart-Centered Therapies. Journal of Heart-Centered Therapies, 2003, Vol. 6, No. 1, pp. 93-104

Selamat membaca..
Semoga bermanfaat...
Salam konselor indonesia
#Meraih Cita dan Cinta#