MATA KULIAH KONSELING ANAK USIA DINI
EDISI: 8 APRIL 2015
TEMA: Kegiatan Sandiwara Boneka
dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Pada Kelompok B Taman
Kanak-Kanak
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa merupakan hal yang sangat penting
yang harus dimiliki oleh manusia terutama bagi anak, karena bahasa merupakan
alat dalam berkomunikasi antara satu orang dengan yang lain. Perkembangan
bahasa memiliki beberapa aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Dari keempat aspek tersebut, yang paling sering kita gunakan setelah
mendengarkan adalah kemampuan berbicara atau biasa juga kita kenal dengan
istilah bahasa ekspresif.
Bahasa ekspresif adalah kemampuan yang
dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya (Moeslichatoen,
2004:35). Maka dari itu, orang tua harus mampu menstimulus kemampuan anak dalam
mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka inginkan tanpa ada paksaan dari orang
lain. Salah satu cara orang tua menstimulus kemampuan bahasa ekspresif anak
adalah dengan cara memberikan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan
dan karakteristik anak.
Taman Kanak-Kanak adalah tempat yang
sangat sesuai dengan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun untuk
merangsang berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak. Menurut Hurlock (1987)
bahwa anak usia 4 sampai 6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang
berada pada rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminology
disebut sebagai anak usia pra sekolah, dimana pertumbuhan kecerdasannya pada
masa ini mengalami peningkatan dari 50% sampai 80%.
Kemampuan
anak pada usia Taman Kanak-Kanak biasanya sudah mampu mengembangkan
keterampilannya mengekspresikan ide, perasaan dan pemikirannya, disamping itu
juga anak mampu memikat orang lain, anak juga dapat mengekspresikan setiap apa
yang mereka pahami dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, bernyanyi
dan mendengarkan cerita dan juga bercerita sesuai dengan apa yang dialaminya. Oleh
karena itu kata-kata serta tata bahasa dapat diajarkan pada anak sejalan dengan
pencapaian ketrampilan mereka untuk mengungkapkan buah pikiran serta gagasan
yang ada dalam pikirannya.
Anak
pada usia Taman Kanak-Kanak juga sudah mulai mengerti konsep-konsep serta
hubungan antar konsep. Sebelum anak-anak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya, anak belajar bahasa dari orang dewasa. Oleh karena
itu, orang dewasa yang berada di lingkungan anak tersebut harus memberikan
pengaruh yang positif terhadap tumbuh kembang pada anak tersebut, karena hal
tersebut mampu mempengaruhi anak terutama bagi masa depan anak itu sendiri.
Menurut
Depdikbud (1995:5) bahwa berdasarkan kemampuan berbahasa anak Taman Kanak-Kanak
itu, pada hakekatnya pembelajaran pengembangan kemampuan berbahasa dan
ketrampilan menyimak, berbicara melalui ruang lingkup materi dipayungi oleh
tema-tema tertentu dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak.
Sandiwara
boneka merupakan teknik bercerita dengan menggunakan media berupa boneka. Dalam
penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan
dalam sandiwara boneka. Boneka merupakan model dari manusia atau yang
menyerupai manusia atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi
atau koleksi untuk anak yang sudah besar namun kebanyakan boneka ditujukan
sebagai mainan untuk anak-anak terutama anak perempuan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah yang diajukan adalah:
Apakah penerapan
kegiatan sandiwara boneka dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak
pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak?.
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui penerapan kegiatan sandiwara
boneka dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak pada kelompok B di
Taman Kanak-Kanak.
II.
PEMBAHASAN
A.
Sandiwara
Boneka
1.
Pengertian
Sandiwara Boneka
Menurut
(Montolalu, 2007:10.10) bahwa metode sandiwara boneka adalah teknik bercerita
dengan menggunakan boneka dan dapat pula dikombinasikan dengan menggunakan
panggung.
Sedangkan menurut Menurut Gunarti, W.
dkk (2010:5.19 bahwa bercerita dengan menggunakan boneka (sandiwara boneka)
adalah merupakan “kegiatan bercerita dengan menggunakan media boneka sebagai
pemeran tokoh dalam cerita dan beneka yang digunakan bisa berupa boneka jari,
boneka tangan dan boneka wayang”
Menurut Malpalenisatriana (2011) bahwa
sandiwara boneka adalah guru bercerita dengan menggunakan berbagai macam boneka
yang akan dipentaskan dalam suatu cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
di atas maka dapat disimpulkan bahwa sandiwara boneka adalah merupakan kegiatan
bercerita dengan menggunakan media berupa boneka.
2.
Bentuk
Metode Sandiwara Boneka
Metode
sandiwara boneka adalah merupakan metode yang dapat diterapkan ketika guru akan
berserita dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak. Menurut
(Montolalu, 2007:10.10) bahwa bercerita dengan menggunakan media boneka adalah
“merupakan teknik yang tidak kalah menariknya bagi anak dan dalam pelaksanaannya
banyak boneka yang bisa kita gunakan dalam kegiatan ini, yaitu boneka tangan
dan boneka jari”.
Sedangkan
menurut Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.19 bahwa kegiatan bercerita dengan
menggunakan media boneka sebagai pemeran tokoh dalam cerita, yang dapat digunakan bisa berupa boneka jari,
boneka tangan dan boneka wayang”. Berikut penjelasannya.
a. Boneka
Tangan
Menurut Gunarti, W.dkk
(2015:20) bahwa boneka tangan adalah bonek yang ukurannya lebih besar dari
boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan
b. Boneka
Jari
Menurut Gunarti, W.dkk
(2015:20) bahwa boneka jari adalah boneka yang dimasukkan ke dalam jari tangan
bentuknya kecil seukuran jari tangan orang dewasa.
c. Boneka
Wayang
Menurut Gunarti, W.dkk
(2015:20) bahwa boneka wayang adalah boneka berbentuk dua dimensi atau tiga
dimensi yang kita beri kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya
memainkan wayang.
d. Boneka
dengan panggung
Menurut
Montolalu (2007:10-12) bahwa kegiatan bercerita melalui media boneka dengan
menggunakan panggungnya akan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak”.
Selanjutnya menurut Jenkins (Montolalu, 2007:10.12)
bahwa panggung boneka dapat membantu anak untuk: 1)Mengembangkan daya kreasi
dan imajinasinya; 2) Berkonsentrasi; 3) mengembangkan keterampilan
berkomunikasi 4) belajar bekerja sama; 5) mengurangi kecemasan, 6) memperoleh
pengetahuan; 7) mengenalkan tentang aturan kehidupana, 8) sadar akan
perilakunya.
3.
Manfaat
Sandiwara Boneka
Menurut Warta (2010),
bahwa terdapapt beberapa keuntungan penggunaan boneka untuk sandiwara adalah:
a. Tidak
memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit
b. Tidak
banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat dibuat cukup kecil dan
sederhana.
c. Tidak
menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya
d. Dapat
mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah suasana
gembira.
4.
Langkah-Langkah
Sandiwara Boneka
Menurut
Menurut Gunarti, W. dkk (2010:5.21) bahwa dalam bercerita dengan menggunakan
media boneka (sandiwara boneka) terdapat beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Siapkan
segala perlengkapan yang akan kita gunakan, seperti boneka panggung kecil (bila
ada), tipe recorder, dan kaset musik instrumenal (apabila ada).
b. Atur
posisi duduk anak yang membuat anak merasa nyaman
c. Kita
dapat mengemukakan kalimat prolog sebelum adegan cerita dimulai dengan diiringi
dengan musik pengiring sambil menyebutkan judul cerita
d. Apabila
menggunakan panggung, bukalah layar pangung kemudian kenal tokoh boneka satu
demi satu.
e. Selanjutnya,
kita dapat memulai adegan demi adegan yang diperankan oleh boneka-boneka
tersebut secara bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu
adegan akan bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan
akan berganti dengan adegan lain, tutuplah layar kembali atau turunkan boneka
dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya. Boneka tidak diturunkan dari atas ke
bawah seakan-akan “tenggelam” di telan bumi.
f.
Ketika cerita sudah selesai dituturkan,
kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang
judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau
komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita minta anak memperagakan
karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita tersebut.
g. Selanjutnya
guru bi sa bersama-sama dengan anak menyimpulkan isi cerita tersebut, termasuk
mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan
yang ada pada cerita tersebut.
h. Akhiri
kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita
atau tutup dengan nyanyian yang menggambarkan isi cerita tersebut.
B.
Bahasa
Ekspresif
1.
Pengertian
Bahasa Ekspresif
Menurut
Fung (2003:9) bahwa bahasa ekspresif atau mengemukakan pendapat yaitu anak
sudah dapat berbicara dengan jelas dan pengucapan huruf yang sempurna, serta
anak sudah mampu bercerita dan menggunakan kalimat lengkap.
Menurut
Moeslichatoen (2004:35) mengemukakan bahwa: bahasa ekspresif adalah kemampuan
yang dimiliki anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Anak-anak
dapat berbicara sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa, dapat memahami kosa
kata yang didengarkan dalam percakapan yang umum dikenal. Anak-anak belajar
berbahasa, sebagaimana mereka memperoleh pengetahuan lainnya, yakni melalui
pengalaman.
Lebih
lanjut Mustakim, dkk (2005: 29) mengemukakan bahwa bahasa ekspresif anak adalah
bahasa yang digunakan untuk berbicara dan menulis. Sedangkan Menurut Syamsul B.
Thalib (2004:115) mengemukakan bahwa kegiatan berbahasa merupakan proses
kognitif, termasuk penyimpanan, mengingat, dan mengungkapkan kembali apa saja
yang baru didengar atau disampaikan kepada pendengar.
Kemampuan
anak mereproduksi sejumlah kata pada usia tertentu, peran pembawaan dan
lingkungan terhadap perkembangan bahasa anak, dan bahasa egosentrik anak yang
bukan merupakan alat komunikasi, melainkan tertuju pada dirinya sendiri.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa ekspresif adalah
pembicaraan yang dilakukan anak dengan menggunakan bahasa lisan dalam kemampuan
anak mengungkapkan kembali apa saja yang baru didengar atau disampaikan kepada
pendengar dalam sebuah percakapan
2.
Karakteristik
Bahasa Ekspresif Anak
Pada
perkembangan bahasa ekspresif anak terdapat beberapa karakteristik, yang harus
diketaui sehingga mampu menstimulus perkembangan bahasa ekspresi anak dengan
baik. Menurut Dhieni (2008:9.5) bahwa terdapat beberapa karateristik dalam
kemampuan bahasa ekspresif anak pada usia 4-6 tahun yaitu:
a. Terjadi
perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia telah dapat menggunakan
kalimat dengan baik dan benar.
b. Telah
menguasai 90% dari fonem dan sintaks dari bahasa yang digunakannya.
c. Dapat
berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain
berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut
d. Sudah
dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa
kata.
e. Lingkup
kosa kata yang diucapkan anak menyangkut: warna, rasa, bau, kecantikan,
kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan (kasar dan halus).
f.
Sudah dapat menjadi peran pendengar
dengan baik
g. Dapat
berpartisipasi dalam sebuah percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang
lain , berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
h. Percakapan
yang dilakukan anak usia 5-6 tahun telah menyangkut komentarnya terhadap apa
yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya.
Berdasarkan
perndapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa karateristik
perkembangan bahasa ekspresif anak yaitu kemampaun bahasa anak memiliki
tahap-tahap tersendiri yang saling berkesinambungan antara yang satu dengan
yang lainnya.
3.
Tahap
Perkembangan Bahasa Ekspresif Anak
Menurut
Hildayani (2008:11.16) bahwa terdapat beberapa tahap dalam perkembangan
berbicara atau bahasa ekspresif anak yaitu: Ketika bayi, ia ‘bicara’ dalam
bahasa tangis. Pada usia 6 minggu- 3 bulan, bayi mulai mengembangkan sistem
komunikasinya menjadi cooing (ocehan tanpa arti yang jelas). Babbling, atau
keluarnya suara mirip suku kata, tampak pada usia 6-10 bulan. Memasuki usia 1
tahun, anak telah dapat mengucapkan kata pertamanya. Tidak lama setelah itu,
mereka mulai menggabungkan dua kata untuk berbicara. Anak usia 2 tahun telah
dapat melakukan komunikasi engan kalimat sederhana. Di usianya yang ketiga anak
telah mampu menceritakan tentang kejadian pada saat itu. Anak usia 4-6 tahun
telah berbicara dan berbahasa seperti layaknya orang dewasa.
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Bahasa Ekspresif Anak
Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan bahasa ekspresif pada anak. Menurut Sujanto (1992: 31)
mengemukakan bahwa “ada 2 faktor yang
berperan dalam pengembangan bahasa ekspresif pada anak yaitu faktor internal
dan faktor eksternal”.Untuk lebih jelasnya tentang beberapa faktor tersebut
maka akan diuraikan sebagai berikut:
5.
Indikator
Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak
Menurut
Permen nomor 58 tahun 2009, bahwa Indikator kemampuan berbicara pada anak usia
4 sampai <5 tahun adalah sebagai berikut:
a. Mengulang
kalimat sederhana.
b. Menjawab
pertanyaan sederhana.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan kata sifat (baik, senang,
d. nakal,
pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb.).
e. Menyebutkan
kata-kata yang dikenal.
f.
Mengutarakan pendapat kepada orang lain.
g. Menyatakan
alasan terhadap sesuatu yang diinginkan
atau ketidaksetujuan.
h. Menceritakan
kembali cerita/dongeng yang pernah didengar
Sedangkan Pada Permen nomor 58 tahun
2009, indikator kemampuan berbicara pada anak usia 5 sampai <6 tahun adalah
sebagai berikut:
a. Menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks.
b. Menyebutkan
kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.
c. Berkomunikasi
secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk
persiapan membaca, menulis dan berhitung.
d. Menyusun
kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan).
e. Memiliki
lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain.
f.
Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang
telah diperdengarkan.
Berdasarkan indikator tersebut di atas
dan subjek dalam penelitian ini pada kelompok B maka peneliti menggunakan
indikator kemampuan berbicara atau bahasa ekspresif anak pada anak usia 5
sampai <6 tahun.
III.
PENUTUP
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
NASKAH SANDIWARA BONEKA
JUDUL: ADOY SAKIT PERUT
(PEMBUKAAN,
PROLOG DAN PERKENALAN TOKOH SANDIWARA)
Ibu
guru : “ Assalamualaikum Wr.
Wb.”
Anak-anak : “Waalaikum salam Wr. Wb”
Ibu
guru : “Anak-anak hari ini kita
akan belajar bersama Adoy si Boneka tangan yang lucu. (boneka diperlihatkan dan
diperkenalkan). Siapa yang mau berkenalan?”
Anak-anak : “Saya…saya…saya..buu!!”
(IBU
GURU MULAI MEMAINKAN BONEKA YANG BERNAMA ADOY, MENGEKSPRESIKAN KARAKTER,
MENGINTERPRETASI PERAN DAN MERUBAH SUARA SESUAI KARAKTER)
Adoy
(boneka): “Assalamualaikum, selamat pagi, namaku adoy ,, halo teman-teman”
Anak-anak : “Hallo Adoy”
Adoy
: “Eh aku sudah pulang
sekolah lohh,,,hhmm…sekarang aku mau jajan ahh di warung depan sekolah itu”.
(BONEKA
DIGERAKKAN KE ARAH KIRI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN DAN DISEMBUNYIKAN
DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu
guru : “Adoy tadi lapar dan
ingin jajan, dimana Adoy jajan ya anak-anak?”
Anak-anak : “Di Warung depan sekolah bu..?”
Ibu
guru : “yah,,di sana kan banyak
debunya ya anak-anak? Apa yang mau di beli si Adoy ya?”
(BONEKA
KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN MENUJU KE WARUNG
UNTUK JAJAN)
Adoy
: “ hhmm…kayaknya aku mau beli pisang
goreng deh, eh tapi kok banyak lalatnya yaah.ahh… masa bodoh yang penting
kenyang”.
(BONEKA
DIGERAKKAN LAGI KE ARAH KIRI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN DAN
DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu
guru : “Boleh tidak kita beli
makan yang banyak dihinggapi lalat anak-anak?”
Anak-anak : “ tidak boleh bu..nanti sakit perut ya
bu?”
Ibu
guru : “pintar, kita lanjutkan
yah?”
(BONEKA
KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN DIEKSPRESIKAN
SEDANG MEMAKAN SESUATU)
Adoy
: “
Nyam..nyam..nyam..hhmm…enak sekali pisang gorengnya, teman-teman mau enggak?
Enggak mau ya udah aku habisin sendiri aja..!! .. tapi eh..ehh.. perutku kok
jadi sekit..aduh..aduuh…aduh..sakit..”
(BONEKA
DITURUNKAN DAN DISEMBUNYIKAN LAGI DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu
guru : “ siapa yang tahu
mengapa Adoy sakit perut?”
Anak-anak : “ itu bu..jajan pisang goreng yang
banyak lalatnya dan Adoy makan tidak membaca doa dulu bu..”
(BONEKA
KELUAR LAGI DIEKSPRESIKAN SEDANG KESAKITAN MEMEGANG PERUTNYA)
Adoy
: “ aduuh… pasti karena
pisang goreng itu, uh..aku jadi sakit perut mules sekali, aku engga mau lagi ah
jajan sembarangan di warung itu.. teman-teman Adoy mau pulang dulu, mau minum
obat dulu yaa,,doakan Adoy biar cepat sembuh dah.. assalamualaikum teman-teman”
Anak-anak : “ waalaikum salam Wr. Wb”
Ibu
guru : “ nah..anak-anak tadi
kita sudah mendengar kalau Adoy sakit perut karena makan makanan yang banyak
dihinggapi lalat dan dia lupa tidak membaca doa sebelum memakannya, jadi..
anak-anak jangan suka jajan sembarangan yaa?”
Anak-anak : “ iyaa buu…”
(SELESAI)
boleh tau refernsi bukunya bu? mau beli...
BalasHapusKalau utk buku nya saya menggunaka n buku dr kathryn Gerald & david Gerald "konseling anak-anak" edisi ketiga. Penerbit indeks
BalasHapusKalau utk buku nya saya menggunaka n buku dr kathryn Gerald & david Gerald "konseling anak-anak" edisi ketiga. Penerbit indeks
BalasHapus