MATA KULIAH KESEHATAN MENTAL
EDISI: 7 APRIL 2015
KESEHATAN MENTAL
BAB XIII
KEHIDUPAN MODERN DAN
PENYAKIT MENTAL
PENDAHULUAN
Sekitar tahun 1750 terjadi gelombang
kemajuan dalam kebudayaan manusia berupa makin berkembangnya ilmu pengetahuan
modern dan tehnik pemesanan. Kejadian ini kemudian disusul oleh rentetan
revolusi-revolusi industri. Lalu muncul suatu kompleks industri modern, dunia
transportasi yang semakin canggih, dan mengubah semuanya secara total sifat
kebudayaan materiil umat manusia.
Dampak kebudayaan baru ini antara
lain berwujud mesin-mesin otomatis yang dikontrol oleh motor-motor disel,
pesawat turbojet, radio dan TV, radar, roket terkendali, bom, atom dan
lain-lain. Hasil dari revolusi industri dan revolusi ilmu pengetahuan tadi
membuahkan banyak kemudahan hidup dan kesejahterahan materiil. Dengan alat-alat
canggih orang orang lebih efisien menguasai tantangan alam, dan bisa menguasai
lingkungan sekitar dei peningkatan kesejahterahan. Namun di samping manfaat dan
keuntungan tersebut muncul pula berupa tindak kekerasan, penjahatan, tindak
kebengisan sebagai penyalahgunaan hasil teknologi dan ilmu pengetahuan.
1.
Cultural
Lag, Sekuralisasi Budaya Materiil, dan Erosi Pola Hidup Manusia
Cultural
Lag yaitu kegagalan lembaga-lembaga sosial mengejar perkembangan budaya ilmu
dan budaya materiil, sehingga ada ketidakcocokan antara budaya materiil dengan
budaya non materiil (spiritual dan non sosial).
Proses
sekuralisasi yang lebih tajam ada pada kebudayaan materiil jika dibandingkan
dengan proses sekuralisasi pada lembaga-lembaga sosial. Pertumbuhan yang serba
cepat dari pengetahuan dan teknologi mutahir namun tidak dibarengi oleh
kehidupan yang efisien serta cara hidup dan cara berfikir manusianya yang
rasional dan efektif.
Pada
masa sekarang kebanyakan dari kita tengah hidup dalam kancah masyarakat modern,
metropolit, bahkan masyarakat dunia. Disamping itu, oleh pengaruh proses
urbanisasi dan modernisasi, fungsi-fungsi masyarakat primer yaitu keluarga,
kaum, kelompok bermain, budaya kampung, budaya desa yang lama ternyata lebih
cepat larut dan roboh ketimbang proses penyusunan kembali dan revisinya untuk
menggantikan yang lain. Kejadian ini mengakibatkan:
-
Susutnya (bahkan sering
kali juga hilangnya) disiplin pribadi dan disiplin nasional.
-
Munculnya banyak
penyakit mental
-
Pesatnya perkembangan
khaos sosial dan disorganisasi sosial.
Oleh karena itu kepribadian
individu dan karakter bangsa itu secara primer dibentuk oleh lingkungan
masyarakatnya. Proses sekuralisasi ini mengandung konotasi liberalisasi, yang
pada saatnya akan memunculkan sistem politik liberal, sistem ekonomi liberal,
dan sistem filsafata liberal, kemudian muncul lah sistem kapitalisme,
kolonialisme, dan imperialisme modern. Dalam kondisi sosial begitu pasti timbul
banyak konflik, masalah sosial yang gawat. Dengan kata-kata lain hidup
sehari-hari menjadi tidak hygienis secara mental.
Kemajuan yang terjadi di bidang
transportasi, dan komunikasi, juga proses urbanisasi dan modernisasi
mengakibatkan banyak perubahan drastis pada pola kehidupan manusia.
2.
Disorganisasi
Sosial dan Disorganisasi Personal
Disorganisasi
sosial adalah berkurangnya tata nilai dan aturan-aturan tingkah laku sosial
terhadap anggota-anggota kelompok (Floran Znaniecki dan W.I. Thomas, sosiolog)
Bila
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang obyektif dan beroperasi lewat
ideologi-ideologi serta lembaga-lembaga pengontrol terhadap pola hidup manusia
bisa berjalan lancar dan efisien, akan terjaminlah kesejahterahan dan
kemakmuran. Sebaliknya bila organisasi kemasyarakatan tadi mengalami kehancuran
dan tidak bisa berfungsi efisien lagi, manusia akan kehilangan bimbingan dan
kontrol sosial. Akibatnya rakyat menjadi terganggu ketenangan
batinnya/mentalnya, dan masyarakat menjadi tidak hygienis secara sosial.
Maka
disorganisasi sosial bisa timbul pada pribadi individu maupun pada masyarakat.
Yaitu, individu bisa menjadi buas dan tanpa luar kendali. Baik penampilan
lahiriah maupun aspek-aspek jiwaninnya menjadi kacau balau atau mengalami
proses disorganisasi.
Peristiwa
tersebut menyebabkan banyak orang merasa ngeri dan takut ditinggalkan sendirian
tanpa pengawasan dan perlindungan. Secara internal, individu ditinggalkan
sendirian tanpa bimbingan. Akibatnya terjadilah disorganisasi personal pada
pribadi sehingga ia menjadi ketakutan, kecemasan, panik, kebingngan, sakit jiwa
dan tidak terlindungi. Sedangakn proses disorganisasi yang berlangsung ditengah
masyarakat mengakibatkan norma-norma lalu masyarakat menjadi sakit, awut-awutan
dan kacau balau.
Faktor
yang menyebabkan disorganisasi personal dan sosial yaitu faktor politik,
ekonomi, religius, dan sosial budaya. Setelah itu timbulah kemudian perubahan
tingkah laku individu-individu manusia dan perubahan-perubahan sosial di tengah
masyarakat.
Contoh
ditengah hiruk pikuk kehidupan kota yang serba tergesa-gesa dan banyak
menuntut, orang dipaksa untuk terus berpacu dan bersaing dalam perlombaan hidup
dan mengejar kemajuan zaman. Suasana kompetitif ini banyak diwarnai oleh
tingkah laku yang tidak wajar, abnormal dan menyimpang. Semua kejadian ini menyebabkan
banyak ketakutan, kecemasan juga stres dan menjadi penyebab utama berkembangnya
penyakit-penyakit mental ditengah masyarakat luas.
Sebagai
akibatnya banyak penduduk menjadi tegang syaraf, mengalami stres berat, jadi
panik, yang sewaktu-waktu bisa meletup menjadi gejala penyakit jiwa atau
gangguan mental.
Selanjutnya
oleh komulasi atau berkumpulnya macam-macam konflik ditengah masyarakat dan
didalam batin sendiri. Serta banyaknya tegangan sosial, tidak sedikit orang
jadi menderita gangguan intelektual, gangguan emosional dan ketakutan mental.
Maka berlangsunglah proses disorganisasi personal dan disorganisasi sosial yang
kumulatif.
3.
Masa-Masa Transisi dan Macam-Macam Penyakit Mental
Gangguan emosional dan macam-macam
penyakit mental juga banyak timbul pada masa-masa
transisi, dengan adanya peralihan kebudayaan. Banyak terjadi
ketidaksinambungan antara lompatan kultural pada masa ini sehingga tidak
sedikit orang yang menjadi bingung, takut, panik kemudian menderita gangguan
kejiwaan dari stadium yang paling ringan sampai stadium yang paling berat dan
kegilaan. Perubahan sosial yang serba cepat dan drastis ini merupakan proses
organis yang amat dinamis dan mengejutkan sehingga dapat menyebabkan banyak
ketidakstabilan dan kurang adanya kesepakatan antar masing-masing anggota
masyarakat mengenai pola hidup sehari-hari. Hal ini dapat membentuk individu
maupun kelompok memakai cara penyelesaian masalah “semau gue”, tanpa aturan,
dan anarkis. Lembaga sosial yang seharusnya mengatur segi kehidupan agar
menjadi tenang dan lancar serta melayani kebutuhan orang banyak menjadi tidak
berfungsi, justru harus dilayani dengan budaya “salam tempel”, sogokan agar
berfungsi secara lancar. Birokrasi juga menjadi ketat dan kaku. Hal tersebut
mendorong tingkah laku masyarakat banyak yang lepas kendali dan tidak sesuai
dengan norma-norma sosial dan pada akhirnya menjadi patologis secara psikis dan
sosial. Individu menjadi sakit mentalnya, masyarakat menjadi tidak hygienis.
4.
Kehidupan Urban dan Ketidaksehatan Mental Penghuninya
Kehidupan kota/urban merupakan gejala
sosial yang sangat dinamis dan kompleks secara fisik, legal, psikologis,
sosial, ekonomis, politis, kultural: yaitu dengan semakin berkembangnya macam-macam
organisasi pemerintah dan swasta, status resmi yang unik, dan adanya kehidupan
ekonomis dan politis yang ruwet karena saling berkaitan. Hal tersebut
diperkeras dengan semakin bertambahnya penduduk dan pesatnya arus para migran
desa. Kekompleksan masyarakat tersebut membuahkan banyak konflik terbuka dan
tertutup. Proses mekanisasi di segala sector kehidupan selalu berkesinambungan
tanpa ujung akhir. Pendidikan juga banyak yang dikomersilkan dan secara primer
mengabdikan diri pada doktrin-doktrin politik dan instruksi ekonomi yang keras.
Ekonomi urban secara esensial menjadi semakin parasite karena banyak didukung
oleh politik dan kebijakan ekonomi yang eksploitatif. Beberapa ilmuwan
menamakan zaman sekarang sebagai periode eksploitatif dan pemerasan
terorganisir dan sebagai periode komersialisasi dari kriminalitas.
Idealisme politik yang semula murni
banyak digantikan dengan kekuasaan penyelewengan. Mentalisme “mau menang
sendiri” dan sifat ganas buas menjadi semakin merajalela sehingga banyak muncul
perkelahian. Di satu sisi pihak modernisasi membuahkan kesejahteraan materiil,
akan tetapi di pihak lain menghasilkan banyak penderitaan. Kondisi hidup yang
keras di kota-kota besar tanpa norma serta aturan-aturan dan ditambah dengan
jumlah penduduk yang semakin besar dengan pola hidup yang beraneka ragam itu
merupakan ciri khas kota besar dengan dampaknya berupa bentuk disintegrasi
sosial atau masalah sosial. Maka ciri khas dari disintegrasi sosial ini antara
lain:
1.
Adanya perubahan
yang serba cepat dan keadaan tidak stabil
2.
Kurang adanya kesinambungan
pengalaman antar kelompok, ada cultural lag dan kesenjangan sosial
3.
Tidak ada
intimitas organic dalam relasi sosial dan kurang adanya consensus diantara para
anggota masyarakat.
Lenyapnya
intimitas organic dan longgarnya relasi sosial yang ada di kota dianggap
sebagai tanda pokok dari masyarakat yang mengalami proses disintegrasi sosial
yang kemudian digantikan dengan pola individualisme ekstrim dengan pola kesombongan,
nafsu mementingkan diri sendiri dan kontrak-kontrak sosial yang terpecah-pecah.
Satu lingkungan sosio-budaya yang patologis dan buruk
bisa memberikan banyak rangsangan kepada individu untuk ikut menjadi patologis
atau sakit secara sosial dan tidak sehat mentalnya. Kriminalitas di masa
sekarang tidak lagi bermotifkan alasan-alasan ekonomis, akan tetapi lebih
banyak didorong oleh kemalasan, kesombongan, kehausan akan hiburan-hiburan yang
abnormal dan pola-pola animalistik. Mentalitas kota itu cepat bosan, selalu
haus akan hal-hal baru, ingin cepat berganti, dll. Hampir semua hiburan di
kota-kota besar bersifat buatan, sehingga iklim sosial selalu diliputi suasana
kecurigaan, kebencian, kecemburuan, kekerasan. Dengan adanya situasi-kondisi
yang serba hiruk pikuk dan kisruh demikian itu kota-kota menjadi pusat
ketidaksesuaian (maladjustment) yang ganda bagi penduduknya. Karena itu
mentalitas kota banyak ditandai oleh ketegangan syaraf, batin, ketakutan dan
penyakit-penyakit jiwa lainnya. Jumlah para penderita ketidakstabilan mental
dan nerveusitas menjadi semakin banyak. Di tengah lingkungan disorganisasi
sosial di kota-kota besar banyak institusi-institusi primer seperti keluarga,
RT, suku, marga, dll menjadi berantakan sedangkan lembaga penggantinya belum
ada. Kejadian tersebut menyebabkan para penghuninya semakin cemas karena tidak mempunyai
pegangan yang mantab sehingga banyak yang menggerombol dalam kelompok primer
baru untuk mencari “Ratu Adil” lari pada perdukunan dan hal-hal yang mistik.
Menurut data di seluruh dunia, pada zaman modern
sekarang dengan situasinya yang serba kompleks jumlah penderita penyakit syaraf
dan penyakit mental bertambah banyak dengan cepat sekali sejajar dengan
cepatnya pertumbuhan kota-kota besar, dunia industry serta perdagangan. Namun,
tetap saja menjadi masalah sulit bagi kita semua ialah:
“apakah psikiatri dengan semua fasilitas kedokteran
yang diberikan oleh GERAKAN HYGIENE MENTAL itu bisa sama pesat perkembangannya
dengan melonjaknya jumlah para penderita penyakit syaraf dan mental pada abad
modern sekarang (abad 20 dan 21).”
Sebab abad-abad modernisasi dan mekanisasi yang penuh
dengan kemajuan dan kontradiksi itu justru akan lebih banyak lagi memprodusir
orang-orang yang terganggu mentalnya dan membuat masyarakat tidak hygienis
secara sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
dari materi yang telah dijelaskan diatas bahwa banyaknya kebudayaan baru,
kecanggihan teknologi dan kehidupan modern yang secara total mengubah sifat
kebudayaan materiil manusia sehingga muncul satu gaya hidup baru. Dengan adanya
kehidupan modern tersebut membuahkan banyak kemudahan hidup dan kesejahteraan
materiil, tetapi di sisi lain banyak dampak-dampak sampingnya yaitu terjadinya
disintegrasi sosial sehingga mengakibatkan banyak muncul penyakit mental pada
individu.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar