Rabu, 07 September 2016

Jodoh itu Kita yang Memilih Allah yang Merestui

Haii jodoh, apa kabar kamu disana?
taukah kalau disini aku masih menunggumu, memantaskan diri semampu yang aku bisa. berdoa sepenuh hati agar cinta kita cepat bertemu dan menjadi satu. Ketahuilah bahwa menunggu tidak lebih mudah daripada berusaha untuk menjemputku disana. disini perlu banyak kesabaran dan keyakinan akan sebuah pertemuan. semoga kau disana diberi banyak kekuatan dan kemampuan untuk secepatnya menghalalkan.

jodoh itu bukan hanya sekedar ditunggu, tanpa kita tau jodoh seperti apa yang kita tunggu. karena pesawat tidak akan mendarat di terminal bus. begitu juga kereta api yang tidak akan menjemput penumpang di pelabuhan.
kita harus tau mau ikut ke seseorang yang seperti apa, agar jangan salah dalam menunggu. tapi yang paling sakit itu menunggu seseorang dan orangnya itu sudah menjemput yang lain.

ya rab..
jangan sampai aku menunggu seseorang yang salah di tempat yang salah. mungkin kah dia akan menemukanku jika hari-hariku dihabiskan di balik pintu rumah. aku yakin doa itu nyata, tapi semua itu butuh proses dan ikhtiar.

ya rab..
jadikan menungguku ini sebagai jalan untuk semakin dekat dengan ilmu. Jadikan waktu kesendirianku sekarang ini sebagai peluang untuk menebar manfaat dan menolong sesama.  semakin dekat dengan masyarakat sebagai duta wanita islam yang sholehah. seseorang wanita yang patut dicontoh oleh adik-adiknya dan seorang wanita yang sopan dan ramah pada kakak-kakaknya. dan jadikanlah kami seorang anak yang menjadi kebanggaan ibu dan bapak kami.

Haii jodoh,,
aku masih menunggu di sini. tapi menungguku tidak lantas diam dan berpasrah. karena jodoh itu kita yang memilih dan Allah yang merestui, kita yang usahakan dan Allah yang tentukan, kita yang menanti dan Allah yang mendatangkan...

Senin, 13 Juni 2016

Konseling Perkawinan dan Konseling Keluarga

KONSELING PERKAWINAN

A. Pengertian Konseling Perkawinan
Klemer (1965) mengartikan Konseling Perkawinan sebagai konseling yang diselenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu partner-partner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cedera, menentukan pola pemecahan masalah yang lebih baik. Dikatakan sebagai metode pendidikan karena konseling perkawinan memberikan pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang diri, pasangannya dan masalah-masalah hubungan perkawinan yang dihadapi serta cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan perkawinan.
Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan sebagai konseling perkawinan yang biasanya dilaksanakan saat kedua belah pihak berada pada situasi emosional yang sangat berat. Dengan konseling, paaangan dapat melakukan ventilisasi dengan jalan membuka emosionalnya sebagai katarsis terhadap tekanan-tekanan emosional yang dihadapinya selama ini. Yang membantu disebut konselor, seorang konselor bukan subyek karena konselor hanya membantu. Subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang dihadapinya. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk:
1. Memahami diri sendiri
2. Mengukur kemampuannya
3. Mengetahui kesiapan dan kecenderungannya
4. Memperjelas orientasi, motivasi dan aspirasinya
5. Mengetahui kesulitan dan problem lingkungan dimana ia hidup serta peluang yang terbuka baginya
6. Membantu menggunakan pengetahuan tersebut (1-5) untuk menetapkan tujuan yang paling konkrit bagi dirinya
7. Mendorong klien untuk berani mengambil keputusan yang sesuai dengan kemampuannya dan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang ada pada dirinya untuk merebut peluang yang terbuka.
Jika konselinya orang awam, konseling dibutuhkan untuk:
a. Membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (lige style) yang sesuai dengan aspirasinya.
b. Menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak bahagia.
c. Membantu menentukan pilihan-pilihan.
d. Membantu meringankan perasaan, frustasi dan sebangsanya.
Seorang konseli yang semula mengidap rasa keterasingan, asing dari diri sendiri, asing dari problem yang dihadapi, asing dari lingkungan hidupnya sehingga dia tidak tahu masalahnya dan tidak berani mengambil tindakan bahkan tidak lagi tahu apa yang diinginkan, dapat dibantu memecahkan persoalannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

B. Wilayah Konseling Perkawinan
C. Tujuan Umum Konseling Perkawinan
D. Tipe-Tipe Perkawinan
E. Penghulu yang Ideal


1.      Diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi, mislnya ditinggal mati orang yang dicintai, dicerai suami, kehilangan jabatan, kehilangan harta, kehilangan kekasih, sakit yang berklepanjangan, dikhiananti bawahan, dizalimi oleh orang yang selama ini dibantu dan sebagainya; bahwa realita itu adalah benar-benar realita dan harus diterima, suka atau tidak suka karena itu memang realita.
2.      Diajak kembali mengenali siapa dirinya, apa posisinya, dan apa kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Misalnya diingatkan bahwa ia adalah seorang ayah dari anak-anak yang membutuhkan kehadirannya. Atau bahwa kepandaiannya banyak dibutuhkan orang lain, atau bahwa dia adalah hamba Allah yang tidak bisa menghindar dari kehendak Nya, dan apa yang dialami adalah bagian dari kehendak Nya yang kita belum tahu apa maksud dan hikmahnya.
3.      Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa keadaan memang selalu berubah; misalnya perubahan nilai, perubahan struktur, perubahan zaman, dan bahwa perubahan adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana kita mensikapi dan mengantisipasi perubahan itu.
4.      Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Adil, maha Pengasih, maha Mengetahui, maha Pengampun, dan semua manusia diberi peluang oleh Tuhan. Juga diajak meyakini bahwa dengki, iri hati dan putus asa adalah tercela dan tidak berguna. Bahwa berbuat dan salah itu lebih baik daripada tidak berbuat karena takur salah.

B.     Wilayah Konseling Perkawinan
Problem diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga biasanya berada di sekitar :
1.        Kesulitan memilih jodoh, suami atau isteri.
2.        Ekonomi yang kurang mencukupi.
3.        Perbedaan watak, temperamen dan karakter yang terlalu tajam antara suami dan isteri.
4.        Ketidakpuasan dalam hubungan seksual.
5.        Kejenuhan rutinitas.
6.        Hubungan antar keluarga besan yang kurang baik.
7.        Ada orang ketiga, WIL atau PIL.
8.        Masalah harta warisan.
9.        Dominasi orang tua/mertua.
10.    Kesalahpahaman antara suami isteri.
11.    Poligami.
12.    Perceraian


C.     Tujuan Umum Konseling Perkawinan
Tujuan konselingperkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kembali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing- masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :
1.      Membantu pasangan perkawinan itu mencegah terja¬dinya/meletus problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.
2.      Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, Konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapi.
3.      Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik.
D.    Tipe tipe Perkawinan
1.      Conflict-habituated
Tipe conflict-habituated boleh dibilang sebagai “partner in crime”. Tipe ini adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar tiada henti. Kebiasaan ini menjadi semacam “jalan hidup” bagi mereka. Tak heran kalau secara konstan mereka selalu menemukan ketidaksepakatan. Dengan kata lain, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut.
2.      Devitalized
Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun mereka cenderung merasakan kehampaan hidup perkawinan kendati tetap berada bersama-sama. Karena kebersamaan mereka lebih karena dorongan demi anak atau citra mereka dalam komunitas masyarakat. Menariknya, pasangan tipe ini tak merasa dirinya maupun perkawinannya tidak bahagia. Mereka berfikir bahwa kondisi saat ini merupakan hal biasa setelah berlalunya tahun-tahun penuh gairah. Ironisnya, tipe perkawinan inilah yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat mana pun.
3.      Passive-congenial
Pada dasarnya, pasangan tipe passive-congenial memiliki kesamaan dengan pasangan tipe devitalized. Hanya saja kehampaan yang dirasakan telah berlangsung sejak awal perkawinan. Boleh jadi karena perkawinan seperti ini biasanya berangkat dari berbagai pertimbangan ekonomis atau status sosial dan bukannya relasi emosional. Seperti halnya pasangan tipe devitalized yang minim keterlibatan emosi, pasangan passive-congenial juga tidak terlalu berkonflik, namun kurang puas menjalani perkawinannya. Dalam keseharian, pasangan-pasangan tipe ini lebih sering saling menghindar dan bukannya saling peduli.
4.      Utilitarian
Berbeda dengan tipe-tipe lain, tipe utilitarian lebih menekankan peran ketimbang hubungan. Misalkan peran sebagai ibu, ayah atau peran-peran lain. Terdapat perbedaan sangat kontras bila dibandingkan dengan tipe vital dan total yang bersifat intrinsik, yaitu mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri.
5.      Vital
Cirinya, pasangan suami-istri terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain. Mereka berdua pun saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas kendati masing-masing individu memiliki identitas kepribadian yang kuat. Yang mengesankan, komunikasi mereka mengandung kejujuran dan keterbukaan. Kalaupun mengalami konflik biasanya lantaran ada hal-hal yang sangat penting. Untungnya, baik suami maupun istri saling berupaya menyelesaikannya dengan cepat dan bijak. Tentu saja tipe ini merupakan tipe relasi perkawinan yang paling memuaskan. Tak heran kalau tipe ini paling sedikit persentasenya dalam masyarakat.
6.      Total
Tipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital, bedanya pasangan ini sedemikian saling menyatu hingga menjadi “sedaging”. Mereka selalu dalam kebersamaan secara total yang meminimalkan adanya pengalaman pribadi dan konflik. Akan tetapi tidak seperti pasangan tipe devitalized, kesepakatan di antara mereka biasanya dibangun demi hubungan itu sendiri. Sayangnya, tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.


E.     Penghulu yang ideal
Penghulu bukan hanya petugas pencatat nikah, tetapi jabatan kepenghuluan memiliki wilayah horizontal dan vertical. Oleh karena itu idealnya seorang penghulu bukan saja menguasai bidang-bidang tersebut diatas (1 s/d 12) tetapi juga menguasai psikologi keluarga, yang dengan itu penghulu bukan hanya bisa memberi nasehat perkawinan, tetapi juga bisa menjadi konselor perkawinan . Seorang muballigh dituntut untuk mampu berbicara agar orang-orang enak mendengarnya, sedang seorang konselor dituntut untuk sangggup menjadi pendengar yang baik dari keluhan-keluhan klien. Seorang klien terkadang tidak membutuhkan nasehat, tetapi hanya butuh tempat curah perhatian (curhat), karena begitu curhat beban menjadi ringan. Jika sudah merasa ringan kok dinasehati, maka nasehat itu sendiri menjadi beban.


_________________________________________________________________________

KONSELING KELUARGA


A.    Pengertian Konseling Keluarga
Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor) kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien, terbimbing, seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti lebih jelas tentang problemnya sendiri dan memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya dengan mempelajari saran-saran yang diterima dari Konselor. Sedangkan arti dari keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara memfokuskan pada masalah-masalah berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga. Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konselor terutama konselor non keluarga, yaitu konseling keluarga sebagai (1) sebuah modalitas yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, yang (2) dalam proses konseling melibatkan keluarga inti atau pasangan ( Capuzzi, 1991 )
Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu system, permasalahan yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain. Pada mulanya konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui perbaikan lingkungan keluarganya (Brammer dan Shostrom,1982). Yang menjadi klien adalah orang yang memiliki masalah pertumbuhan di dalam keluarga. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah menetapkan apa kebutuhan dia dan apa yang akan dikerjakan agar tetap survive di dalam sistem keluarganya.
Pada masa lalu, menurut Moursund (1990), konseling keluarga terfokus pada salah satu atau dua hal, yaitu (1) keluarga terfokus pada anak yang mengalami bantuan yang berat seperti gangguan perkembangan dan skizofrenia, yang menunjukan jelas-jelas mengalami gangguan; dan (2) keluarga yang salah satu atau kedua orang tua tidak memiliki kemampuan, menelantarkan anggota keluarganya, salah dalam member kelola anggota keluarga, dan biasanya memiliki sebagian masalah.
Anak di dalam suatu keluarga sering kali mengalami masalah dan berada dalam kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua. Permasalahan anak adakalanya diketahui oleh orang tua dan sering kali tidak diketahui orang tua. Permasalahan yang diketahui orang tua jika fungsi-fungsi psikososial dan pendidikannya terganggu orang tua akan mengantarkan anaknya ke konselor jika mereka memahami bahwa anaknya sedang mengalami gangguan yang berat. Karena itu konseling keluarga lebih banyak memberikan pelayanan terhadap keluarga dengan anak yang mengalami gangguan.
Hal kedua berhubungan dengan keadaan orang tua. Banyak dijumpai orang tua tidak berkemampuan dalam mengelola rumah tangganya, menelantarkan kehidupan rumah tangganya sehingga tidak terjadi kondisi yang berkesinambungan dan penuh konflik, atau memberi perlakuan secara salah (ubuse) pada anggota keluarga lain, dan sebagainya merupakan keluarga yang memiliki berbagai masalah. Jika mengerti dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yanag lebih stabil, mereka membutuhkan konseling.
Perkembangan belakangan konseling keluarga tidak hanya menangani dua hal tersebut. Permasalahan lain yang juga ditangani karena anggota keluarga mengalami kondisi yang kurang harmonis di dalam keluarga akibat stressor perubahan-perubahan budaya, cara-cara baru dalam mengatur keluargannya, dan cara menghadapi dan mendidik anak-anak mereka. Berdasarkan pengalaman dalam penanganan konseling keluarga, masalah yang dihadapi dan dikonsultasikan kepada konselor antara lain: keluarga dengan anak yang tidak patuh terhadap harapan orangtua, konflik antar anggota keluarga, perpisahan diantara anggota keluarga karena kerja di luar daerah dan anak yang mengalami kesulitan belajar atau sosialisasi.
Berbagai permasalahan-permasalahan keluarga tersebut dapat diselesaikan melalui konseling keluarga. Konseling keluarga menjadi efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut jika semua anggota keluarga bersedia untuk mengubah system keluarganya yang telah ada dengan cara-cara baru untuk membantu mengatasi anggota keluarga yang bermasalah.
Sebagaimana di kemukakan di bagian awal, konseling keluarga dalam beberapa hal memiliki keuntungan. Namun demikian konseling keluarga juga memiliki beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, dan perlu dipertimbangkan oleh konselor jika bermaksud melakukannya. Hambatan yang dimaksud di antarannya:
1.      Tidak semua anggota keluarga bersedia terlibat dalam proses konseling karena mereka menganggap tidak berkepentingan dengan usaha ini, atau karena alasan kesibukan, dan sebagainya; dan
2.      Ada anggota keluarga yang merasa kasulitan untuk menyampaikan perasaan dan sikapnya secara terbuka dihadapan anggota keluarga lain, padahal konseling membutuhkan keterbukaan ini dan saling percayaan satu sama lain.


B.     Pendekatan Konseling Keluarga
Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan dideskripsikan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Tiga pendekatan konseling keluarga yang akan diuraikan berikut ini, yaitu pendekatan system, conjoint, dan struktural.
1.    Pendekatan Sistem Keluarga.
Murray Bowen merupakan peletek dasar konseling keluarga pendekatan sistem. Menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya.
2.    Pendekatan Conjoint.
Sedangkan menurut Sarti (1967) masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga berhubungan dengan harga diri (self-esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadijika self-esteem yang dibentuk oleh keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.
3.    Pendekatan Struktural.
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas.
Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai.
Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang sedang terjadi, apakah soal struktur, pola komunikasi, atau batasan yang ada di keluarga, dan sebagainya. Berangkat dari analisis terhadap masalah yang dialami oleh keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk mambantu keluarga.


C.     Tahapan Konselor Keluarga
Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh Crane (1995:231-232) yang mencoba menyusun tahapan konseling keluarga untuk mengatasi anak berperilaku oposisi. Dalam mengatasi problem, Crane menggunakan pendekatan behavioral, yang disebutkan terhadap empat tahap secara berturut-turut sebagai berikut :
1.    Orangtua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk perilaku-perilaku alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sesi pengajaran.
2.    Setelah orang tua membaca tentang prinsip dan atau telah dijelaskan materinya, konselor menunjukan kepada orang tua bagaimana cara mengajarkan kepada anak, sedangkan orang tua melihat bagaimana melakukannya sebagai ganti pembicaraan tentang bagaimana hal inidikerjakan. Secara tipikal, orang tua akan membutuhkan contoh yang menunjukan bagaimana mengkonfrontasikan anak-anak yang beroposisi. Sangat penting menunjukan kepada orang tua yang kesulitan dalam memahami dan menetapkan cara yang tepat dalam memperlakukan anaknya.
3.    Selanjutnya orang tua mencoba mengimplementasikan prinsip-prinsip yang telah mereka pelajari menggunakan situasi sessi terapi. Terapis selama ini dapat member koreksi ika dibutuhkan.
4.    Setelah terapis memberi contoh kepada orang tua cara menangani anak secara tepat. Setelah mempelajari dalam situasi terapi, orang tua mencoba menerapkannya di rumah. Saat dicoba di rumah, konselor dapat melakukan kunjungan untuk mengamati kemajuan yang dicapai. Permasalahan dan pertanyaan yang dihadapi orang tua dapat ditanyakan pada saat ini. Jika masih diperlukan penjelasan lebih lanjut, terapis dapat memberikan contoh lanjutan di rumah dan observasi orang tua, selanjutnya orang tua mencoba sampai mereka merasa dapat menangani kesulitannya mengatasi persoalan sehubungan dengan masalah anaknya.


D.    Peran Konselor
Peran konselor dalam membantu klien dalam konseling keluarga dan perkawinan dikemukakan oleh Satir (Cottone, 1992) di antaranya sebagai berikut :
1.    Konselor berperan sebagai “facilitative a comfortable”, membantu klien melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan-tindakannya sendiri.
2.    Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting peran interaksi.
Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.
3.    Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk bertanggung jawab dan malakukan self-control.
4.    Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi dan menginterpretasi pesan-pesan yang disampaikan klien atau anggota keluarga.
5.    Konselor menolak perbuatan penilaian dan pembantu menjadi congruence dalam respon-respon anggota keluarga.


__________________________________________________________________

Daftar Pustaka
Latipun. 2006. Psikologi Konseling Malang. UPT. Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang.
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan Dan Konseling Keluarga. Menara Mas
Offset. Yogyakarta
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Andi Offset. Yogyakarta.


Http://www.google.com/Konseling+Perkawinan/


Senin, 09 Mei 2016

Teruntuk Kamu yang Pernah jadi Orang Terbaik Lalu Pergi Meninggalkan Luka

"sejak memilihmu selalu ada harapan untuk hidup berdua denganmu, namun sepertinya aku terlalu berlebihan dalam meminta"

satu kebahagiaan yang tak pernah terbayang dalam hidupku adalah bertemu denganmu, lelaki yang dahulu membuatku selalu rindu dan jatuh cinta. satu kebahagiaan yang selalu aku idam-idamkan aku bertemu denganmu, kekasih yang selalu mengatakan cinta dan sayang kepadaku. bahkan dahulu, dengan bujuk rayumu yang luar biasa dengan mudah menggores senyum di bibir ini. 

yah....namun itu dulu, jelas dulu, saat kita masih manis-manisnya berhubungan. saat kita masih lengket-lengketnya berduaan. saat aku sungguh-sungguh berharap kaulah yang pertama dan terakhir untukku. namun kini, itu hanya menjadi sebuah kenangan, kenangan pahit yang tak pernah ingin teringat dan terulang kembali. 

luka itu belum sembuh, bahkan mungkin tidak bisa sembuh. karena goresan luka itu terlalu banyak dan dalam untuk dihilangkan. seberapapun aku berusaha, ia tetap tak hilang. bahkan saat aku memutuskan untuk terikat dengan hubungan yang lain. luka itu masih ada. bayanganmu tak pernah mau pudar, bahkan hanya sebaris namamu saja tak bisa. 

"tanpa kamu sadari, kamu telah meng krangkeng hati ini dengan sangat kuat, hingga aku perlu tenaga luar biasa untuk melepasnya"

kamu lelaki hebat yang telah menoreh luka sedalam ini... 
aku ucapkan terima kasih...
karena mu dan karena luka ini aku belajar banyak akan kesalahan yang kuperbuat di masa lalu.
kamu yang meninggalkanku dengan torehan rasa kecewa, amarah, dan rasa sesal, menyadarkanku bagaimana seharusnya aku memberikan singgasana hati di dalam hatiku kepada seseorang, 
karena sesungguhnya tidak semua orang bisa berada di posisi itu...
termasuk kesalahanku yang dengan mudah memberi singgasana itu untukmu.

dan untukmu lagi,, 
terima kasih atas trauma yang kau tanam jauh di dalam hati dan benakku...
karenamu,,, aku sungguh tak bisa menerima semua orang untuk merasakan singgasana hatiku dengan cara yang sama. 

yah....menjadi terlalu pemilih mungkin...
karena untukku, sejarah lalu adalah sejarah yang tak boleh terulang, termasuk terulang bersama orang sepertimu...
"Manusia yang mudah aku cintai, namun dengan mudah pula menyakiti hati ini"

namun...tak mengapa..
bukan seutuhnya salahmu...
walau terlalu banyak luka yang menggores, harapku selalu yang terbaik untukmu. mendapatkan kebahagiaan yang kamu ingin dengan kepastian bukan bersamaku. 
hanya saja mungkin lebih  baik kau belajar dari lukaku ini.. yah...setidaknya untuk tidak membuat gores luka di hati yang lain. karena jika kau tau, tak ada satupun hati yang ingin terisi oleh gores luka yang menyakitkan. karena hati itu untuk dicintai, bukan disakiti. 

"tenang....seribu kali kau menggoreskan luka di hati, aku akan terus mendoakan demi kebaikanmu, termasuk mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku."

tenang saja, jangan terlalu khawatir padaku. kini aku yang sekarang bukan aku yang dulu yang mudah kamu lukai begitu saja. namun aku yang sekarang adalah...
aku yang lebih kuat
aku yang lebih kokoh dengan hati ini
karena aku yang sekarang telah berjanji untuk bahagia di sejarah masa depanku...


untukmu yang pernah menyakitiku...

_210615_

dari aku yang pernah kau sakiti ....

Kamis, 07 April 2016

Untuk mu yang belum sempat Termiliki Namun sudah Kurelakan pergi

Aku harus memulai untuk pergi...

karena aku tidak ingin bodoh selamanya...

hidup kini kita semua sedang menjalaninya. Sudah pasti berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. karena garis hidup kita masing-masing sudah ditentukan. baik atau buruk itu menjadi hal yang biasa. ada sebagian yang memberontak, menyalahkan sang nahkoda kehidupan, ada juga yang dengan lapang menerima dan mengikhlaskan. 

"dan aku mau menjadi salah satu yang menerima dan mengikhlaskan"

apalagi tentang mengikhlaskan kamu. iya....kamu yang sempat mondar mandir di benakku. entah alasan apa yang menuntunku untuk menulis tentangmu tanpa kutahu harus memulai dari mana, karena kehadiranmu yang memang sebegitu singkatnya. 

iya ... kehadiran singkat tapi telah mampu mengubah sedikit hidupku. kau datang dan bertingkah seolah-olah sosok tepat yang aku nantikan selama ini. engkau mampu mengembalikan semua senyum, canda, dan tawaku. kau juga mampu mengembalikan sebuah rasa di hati ini yang sudah lama tersimpan rapi.

"engkau yang dengan mudahnya mengajakku terbang, pada akhirnya kau juga yang menghempaskan"

Memang menyakitkan, tapi ini adalah sebuah perjalanan, perjalanan menuju kedewasaan. beberapa bulan berlalu telah mampu kita lalui, menjaga komunikasi yang tetap terjalin selama kurang lebih 9 bulan itu tidaklah mudah. selama itu pula akupun sudah mulai mengakrabi jarak, jarak yang memisahkan raga kita, karena pekerjaan yang memang mengharuskanmu untuk pergi.

tak ada yang aneh memang, semuanya berjalan seperti biasa, sampai tiba saatnya kamu kembali. aku tersadar kita semakin jauh. yaa....raga kita memang tidak sejauh sebelumnya, namun sikap dan tingkahmu yang membuat hati dan perasaan ini semakin menjauh. maka yang terbaik adalah "pergilah".

"aku yang selama ini hanya bisa menunggumu, kini telah kau biarkan berlalu"

aku tahu tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, termasuk aku mengenalmu. ketahuilah....aku tidak akan pernah menyalahkan siapapun, termasuk menyalahkan keadaan. aku juga tidak akan meminta pada Tuhan agar kamu merasakan hal yang sama seperti yang telah kamu perbuat kepadaku. aku tidak sejahat dan seegois itu.aku berdoa semoga kelak kamu menemukan seseorang yang bukan aku dan aku akan menemukan seseorang yang bukan kamu. aku yakin, Tuhan mematahkan hatiku untuk menyelamatkan ku dari orang yang salah.

satu hal lagi, Tuhan dan semesta sedang menuntunku menuju satu kata, yaitu DEWASA....

terima kasih tuk pelajaran hidup yang kau berikan padaku selama ini....
untukmu yang pernah singgah dihatiku....


regards, 
Nurliana Dewi


_Meraih Cita dan Cinta_

Selasa, 03 November 2015

Konseling Kepribadian Part 1

                     [💌 Belajar Dari Elang 💌 ]

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu, seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat & tebal, sehingga sangat menyulitkan saat terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan. Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan. Suatu proses transformasi yang panjangnya selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti & tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan.

Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh & cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani & mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan. Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.

Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan Andalah sang penguasa atas diri Anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu. Yakinlah Sahabatku Perubahan pasti terjadi...!

(Nailul Authar)

Oleh : Pusat Buku Sunnah

#meraihcitadancinta#
Selamat membaca smoga bermanfaat

Senin, 10 Agustus 2015

Konseling Keluarga Part 2

RENUNGAN SIANG.                                                     KISAH TELUR DAN TEMPE GOSONG

Suatu malam, ibu yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong.

Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang apa reaksi ayah yang pulang kerja pasti sudah capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu, terima kasih ya!". Lalu ayah terus menanyakan kegiatan saya & adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor & tempe yang gosong itu & satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan:
"Sayang, aku suka telor & tempe yang gosong."

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe gosong?"

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya & berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sudah capek. Jadi sepotong telor & tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!"

Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya: "Belajar menerima kesalahan orang lain,  adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi".

Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri.

Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti.

Tua itu pasti, tapi Dewasa itu Pilihan.

Kamis, 30 Juli 2015

Konseling Keluarga Part 1

Aku milik suamiku dan suamiku milik ibunya

Ditujukan buat para menantu....tetapi lebih ditujukan buat diriku sendiri....

Copas dr teman yg baik hati....

Seburuk apapun mertua.. aku selalu ingat bahwa..
Dia..adalah wanita yg mngandung suamiku dalam kepayahan selama 9bln..
Dia..adalah wanita yg air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku..
Dia..ialah wanita yg mendidik dan membesarkan suamiku, yg mngajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku.

Aku..ga pernah keluar uang sepeserpun untuk nyekolahin suamiku.. hingga ia dapat ijazah, yg sekarang ijazah itu ia gunakan utk mencari nafkah..untuk menafkahi aku!!

Aku..ga sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yg penuh tanggungjawab.. dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.

Setelah pengorbanannya yg bertubi tubi.. anak laki lakinya menikah denganku.. dia bagi kasih sayang anaknya denganku..
Cemburu?? Pasti dia cemburu..aku wanita asing, yg kini selalu disayang2 oleh anak laki lakinya..
Harta anak laki lakinya tercurah untuk kunikmati..padahal ia yg melahirkan..membesarkan dan mendidik..
Aku memahami cemburu itu.. walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku..
Aku bukan malaikat yg ga pernah jengkel dgn mertuaku,, dan mertuaku pun bukan malaikat yg selalu kubela.
Adakalanya aku marah..cemburu dan sakit hati,,
Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku.. jasa yg sampai akhir hayatpun aku ngga akan mampu membayarnya..

Pada ujung tangisku.. terngiang nasehat ibundaku tercinta..
"Nak.. dukunglah suamimu utuk berbakti pada ibunya.. jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya.
Karena.. kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki lakimu..
Apa yg kau lakukan pada mertuamu..akan dilakukan pula oleh menantumu.. segala sesuatu pasti ada timbal baliknya"..

Dan tangisku makin deras..
Oh suamiku.. bahagiakanlah org tuamu semampumu..
Semoga kelak anak2 kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan baktimu pd orang tuamu.